REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Kantor Bea Cukai Denpasar, Bali, Kusuma Santi Wahyuningsih mengatakan tiga komoditi yang menjadi prioritas utama ekspor berpotensi besar masuk dan telah bersaing di pasar Internasional selama pandemi Covid-19.
"Kami punya klinik ekspor dan kami mendukung komoditi holtikultura berupa hasil perkebunan, manggis, buah naga, buncis dan sebagainya, lalu handycraft sangat dominan di Bali, dan perikanan seperti tuna di wilayah laut selatan dan kerapu di celukan bawang jadi prioritas utama ekspor," kata Santi dalam kegiatan pemusnahan barang milik negara di Denpasar, Selasa (15/12).
Ia mengatakan negara dengan tujuan ekspor dominan ke Eropa dan Amerika. Justru selama masa pandemi Covid-19 ini, produk Indonesia bisa bersaing dengan negara Vietnam, Thailand di pasar Internasional.
"Dengan adanya kondisi Covid-19 ini justru produk Indonesia bisa bersaing dengan Vietnam, Thailand dan mengambil pasar mereka. Karena kita terus berproses dan punya kepercayaan dari negara-negara yang ada dan bisa mempromosikan hingga go Internasional," katanya.
Ia menambahkan saat ini ekspor tiga komoditas utama yaitu holtikultura, kerajinan dan perikanan meningkat tapi mendapatkan kontainer Internasional yang sulit. Kata dia, seluruh Indonesia menyatakan kontainer Internasional yang sulit.
Peningkatan ekspor itu akan membuat pertumbuhan ekonomi meningkat. Kata dia, jika ekspor meningkat, otomatis defisit neraca perdagangan turun dan kita bisa mengurangi utang kita pada negara asing.
Sebelumnya, Kepala BPS Provinsi Bali Hanif Yahya mengatakan kinerja ekspor Bali di bulan Oktober 2020 menunjukkan peningkatan sebesar 5,18 persen dibandingkan bulan September 2020. Tercatat ada tujuh negara tujuan menunjukkan peningkatan dan tertinggi pada tujuan Thailand sebesar 44,42 persen. Kenaikan tersebut didominasi naiknya nilai ekspor produk perhiasan/permata.
Sementara itu, nilai impor barang Provinsi Bali dari luar negeri sejak bulan Februari hingga Oktober 2020 berada di bawah capaian nilai impor di bulan yang sama pada tahun 2019. Nilai impor bulan Oktober 2020 turun 11,56 persen jika dibandingkan catatan bulan September 2020.
"Nilai impor dari enam negara tercatat turun, dengan penurunan paling dalam berasal dari Korea Selatan sebesar 59,78 persen yang didominasi oleh turunnya impor produk barang-barang dari kulit. Namun, peningkatan impor juga terjadi dari negara Norwegia sebesar 19.942,80 persen yang didominasi oleh produk benda-benda dari batu, gips, dan semen," katanya.