Selasa 29 Dec 2020 14:00 WIB

Pemkot Bandung Minta Masukan Pakar Soal Belajar Tatap Muka

Diskusi dengan pakar diharapkan dapat melahirkan kajian komprehensif

Rep: fauzi ridwan/ Red: Hiru Muhammad
Siswa Kelas 9 SMPN 5 Bandung, Rakean Ahmad mengikuti sesi Google Meet  sebagai pengganti kelas tatap muka pada hari pertama sekolah di kediamannya di Bandung, Senin (13/7). Kegiatan sekolah di Kota Bandung kembali dilanjutkan dengan pola pengajaran jarak jauh. Terus bertambahnya kasus covid-19 di Kota Bandung membuat kegiatan belajar tatap muka di sekolah rawan menjadi penyebaran covid-19 sehingga PJJ diberlakukan.
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Siswa Kelas 9 SMPN 5 Bandung, Rakean Ahmad mengikuti sesi Google Meet sebagai pengganti kelas tatap muka pada hari pertama sekolah di kediamannya di Bandung, Senin (13/7). Kegiatan sekolah di Kota Bandung kembali dilanjutkan dengan pola pengajaran jarak jauh. Terus bertambahnya kasus covid-19 di Kota Bandung membuat kegiatan belajar tatap muka di sekolah rawan menjadi penyebaran covid-19 sehingga PJJ diberlakukan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung meminta masukan kepada para pakar terkait rencana pembelajaran tatap muka pada semester genap Januari tahun 2021. Pakar-pakar yang dimintai pendapat diantaranya yaitu epidemiolog dan juga pakar pendidikan.

"Mang Oded sengaja hari ini meminta kepada dinas terkait untuk mengadakan FGD dalam rangka harapan mang Oded dari FGD hari ini para pakar bisa menyampaikan eksisting analisis kajian mereka merupakan bagian daripada masukan ke mang Oded nanti apakah layak tidak, sudah siap atau tidak kota Bandung belajar tatap muka atau tidak," ujar Walikota Bandung,  Oded M. Danial, Selasa (29/12).

Ia mengungkapkan, diskusi dengan pakar terkait belajar tatap muka diharapkan dapat menghasilkan kajian komperhensif. Termasuk katanya kesiapan infrastruktur terkait belajar tatap muka.

"Sekarang kan kebijakannya (mulai belajar) tanggal 12 Januari kita masih punya waktu dari hari ini kita bisa melihat," katanya. Ia menyebutkan bahwa epidemiolog belum merekomendasikan belajar tatap muka dilakukan.

"Baru saja, baru satu epidemiolog, rekomendasinya belum dibuka. Dari epidemiologi, belum dari yang lain," ungkapnya. Oleh karena itu, Oded mengaku tidak akan buru-buru memutuskan kebijakan belajar tatap muka dan akan lebih mengedepankan kehati-hatian.

Ia mengaku akan menerima hasil kajian sebagai bahan pengambilan kebijakan terkait belajar tatap muka. Menurutnya, kebijakan belajar tatap muka dapat dilaksanakan jika status wilayah berada dalam zona hijau sedangkan Kota Bandung masih berada pada zona oranye.

"Kebijakan dari kementerian itu sudah jelas, bahwa yang diperbolehkan itu zona hijau, kita masih oranye itukan sudah jelas," katanya. Namun begitu, menurutnya pihaknya ingin melihat kesiapan jika belajar tatap muka dilaksanakan.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement