Rabu 20 Jan 2021 16:19 WIB

Merapi 49 Kali Muntahkan Guguran Lava Pijar

Potensi bahaya masih berupa guguran lava dan awan panas.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Guguran lava dari puncak Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu (20/1/2021). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat pada periode pengamatan Senin (20/1) pukul 00.00-06.00 WIB telah terjadi tiga kali awan panas guguran Gunung Merapi dengan jarak luncur maksimal 1.200 meter dan teramati 47 kali guguran lava pijar.
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Guguran lava dari puncak Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu (20/1/2021). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat pada periode pengamatan Senin (20/1) pukul 00.00-06.00 WIB telah terjadi tiga kali awan panas guguran Gunung Merapi dengan jarak luncur maksimal 1.200 meter dan teramati 47 kali guguran lava pijar.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gunung Merapi masih terus mengeluarkan aktivitas vulkanik berupa guguran lava pijar dan awan panas. Pada Rabu (20/1) pagi, sebanyak 50 kali guguran lava pijar sudah dimuntahkan selama periode pengamatan 00.00-12.00 WIB.

Lava pijar terjadi dengan jarak luncur maksimum satu kilometer ke arah barat daya. Selain itu, terjadi pula tiga kali guguran awan panas yang tercatat di seismogram memiliki amplitudo 13-21 milimeter dan durasi 116-198 detik.

Seperti lava pijar, luncuran awan panas teramati ke arah barat daya dengan jarak 700-1.200 meter. Kepala BPPTKG), Hanik Humaida mengatakan, saat ini Gunung Merapi memang sudah memasuki fase erupsi sejak 4 Januari 2021.

Aktivitas erupsi berupa guguran lava pijar dan awan panas terjauh miliki jarak luncur 1,8 kilometer. Ia menyatakan, potensi dan daerah bahaya erupsi berubah mengingat erupsi cenderung bersifat efusif dan arahnya kini dominan ke barat.

"Per 15 Januari 2020, distribusi probabilitas erupsi dominan ke arah erupsi efusif 40 persen dan eksplosif 21 persen, sehingga potensi erupsi eksplosif dan kubah-dalam menurun signifikan," kata Hanik, di Pemkab Sleman.

Potensi bahaya masih berupa guguran lava dan awan panas ke arah Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih maksimal lima kilometer. Sedangkan, lontaran material jika terjadi letusan eksplosif maksimal tiga kilometer.

Hanik menekankan, aktivitas seismik, deformasi, dan gas menurun signifikan. Walaupun guguran tinggi, kegempaan internal masih sekitar 27 kali per hari, deformasi 0,3 centimeter per hari dan gas vulkanik CO2 dalam tren menurun.

"Berdasarkan data pemantauan seismik, deformasi dan gas menurun. Tidak ada tekanan magma berlebih yang mencerminkan tambahan suplai magma," ujar Hanik.

Saat ini, BPPTKG sudah mengizinkan pengungsi Merapi untuk kembali ke rumah masing-masing. Namun, Pemkab Sleman misalnya, masih akan menunggu PTKM selesai pada 25 Januari 2021 mendatang untuk memutuskan kepulangan pengungsi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement