Selasa 02 Feb 2021 21:09 WIB

BPBD Bantah Sistem Drainase Bandara Purbalingga tak Memadai

Dimensi gorong-gorong di tepi jalan milik desa dinilai terlalu kecil.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Fernan Rahadi
Presiden Jokowi saat peresmian bandara Purbalingga.
Foto: Eko Widiyatno.
Presiden Jokowi saat peresmian bandara Purbalingga.

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Adanya proyek pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman Purbalingga, sebelumnya sempat dituding menjadi penyebab terjadinya banjir di sekitar bandara. Namun Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purbalingga, M Umar Fauzi MKes, membantah hal tersebut.

Dia menyebutkan, sistem drainase yang ada di bandara sudah sangat memadai. Namun yang menjadi masalah, sistem drainase yang ada di sekitar bandara, ternyata tidak mampu menampung luberan air dari sistem drainase yang ada di Bandara. ''Jadi bukan karena proyek bandaranya. Melainkan karena dimensi gorong-gorong/saluran pembuangan di tepi jalan milik desa yang terlalu kecil,'' katanya, Selasa (2/2).

Dia menyebutkan, dari pengecekan yang dilakukan pihaknya, saluran pembuangan air dari bandara memiliki ukuran lebar 3 meter dengan kedalaman 2 meter. Namun pada saluran air terusan yang ada di luar bandara, hanya memiliki dimensi lebar 1 meter dengan kedalaman 1 meter.

''Ketika terjadi hujan lebat dengan durasi yang cukup lama, air yang dibuang dari sistem drainase bandara, tidak mampu lagi ditampung sistem drainase yang ada di luar bandara. Ini yang menyebabkan, limpasan air dari bandara akhirnya menggenangi ruas-ruas jalan di sekitar bandara,'' jelasnya.

Untuk itu Umar menyebutkan, perlu adanya penanganan permanen terhadap masalah ini. Antara lain, dengan membuat sistem drainase di luar bandara yang bisa menampung limpasan air dari sistem drainase di bandara. ''Kondisi hujan lebat dengan durasi cukup lama memang tidak selalu terjadi. Tapi agar tidak terjadi lagi banjir di sekitar bandara, agar perlu dilakukan perbaikan saluran drainase di luar bandara,'' katanya.  

Manager Project Implementation Unit Pembangunan Bandara JB Soedirman, Catur Sudarmono, menjelaskan untuk pengendalian banjir di sekitar bandara, pihaknya sudah membangun pond (kolam) bandara di utara dan selatan runway sebagai pengendali banjir.

Namun sistem drainase yang tidak memadai di luar kawasan bandara, menyebabkan air dari luar bandara justru melimpas di kolam pengendali banjir tersebut. ''Saluran drainase di jalan cor/rigid airnya semua mengalir ke arah bandara, sehingga menambah debit air di bandara sendiri,'' katanya.

Banjir di sekitar bandara ini, sebelumnya dikeluhkan warga sekitar bandara. Hujan deras yang berlangsung Rabu (27/1) lalu, menyebabkan banjir di wilayah Desa Kemangkon Kecamatan Kemangkon.  ''Sejak adanya pembangunan bandara, sebagian wilayah kami menjadi sering terendam banjir. Terlebih kalau curah hujan tinggi,'' kata Sekretaris Desa Kemangkon Sadir.

Dia menyebutkan, sebelum dibangun bandara, wilayah Dusun I dan II di desanya, tidak pernah terjadi banjir. Namun setelah ada bandara, air sering meluap ke jalan bila terjadi hujan deras. Bahkan banjir setinggi lutut juga kerap menggenangi areal persawahan di sekitar bandara. Untuk itu, dia meminta agar sistem drainase di sekitar bandara dibenahi. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement