Rabu 03 Feb 2021 16:58 WIB

PHRI DIY Akui Sudah Ada Hotel yang Dijual

PHRI DIY berharap relaksasi, intensif dari pemerintah hanya sekedar untuk bertahan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fuji Pratiwi
Penyambut tamu menggunakan sarung tangan dan masker di sebuah hotel di Yogyakarta (ilustrasi). PHRI DIY membenarkan sudah ada hotel yang dijual pengelolanya akibat tekanan pandemi dan PTKM terhadap bisnis mereka.
Foto: Wihdan Hidayat/ Republika
Penyambut tamu menggunakan sarung tangan dan masker di sebuah hotel di Yogyakarta (ilustrasi). PHRI DIY membenarkan sudah ada hotel yang dijual pengelolanya akibat tekanan pandemi dan PTKM terhadap bisnis mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono mengakui ada hotel yang terpaksa dijual. Sebab, selama diterapkannya pengetatan secara terbatas kegiatan masyarakat (PTKM) di DIY, puluhan hotel dan restoran berhenti beroperasi.

"Memang ada (hotel yang dijual)," kata Deddy saat dikonfirmasi Republika melalui pesan tertulis, Rabu (3/2).

Baca Juga

Walaupun begitu, PHRI DIY belum menerima informasi secara resmi terkait beberapa hotel yang sudah dijual oleh pengelolanya tersebut. Sehingga, ia belum mengetahui jumlah hotel di DIY yang sudah dijual. 

Namun, kata Deddy, di beberapa laman perdagangan daring atau e-commerce sudah ada yang menjual hotel. "Kita belum menerima info (hotel yang dijual) itu, tap di penjualan online ada," ujar Deddy.

Deddy menyebut, selama PTKM sudah ada 50 hotel dan restoran yang berhenti beroperasi. Hal ini dikarenakan arus kas tidak seimbang.

Sebab, pendapatan hotel dan restoran di DIY berkurang selama pandemi Covid-19, ditambah PTKM. Anggota PHRI DIY sendiri lebih dari 400 hotel dan restoran dimana 171 di antaranya masih beroperasi.

Deddy mengaku, pelaku usaha hotel dan restoran saat ini membutuhkan relaksasi dari pemerintah agar tetap dapat bertahan di situasi pandemi dan PTKM.

Terlebih, reservasi hotel saat ini hanya mencapai 5-10 persen. "Saat ini kita tidak bisa berbuat banyak selain mengharapkan lagi solusi relaksasi, intensif dari pemerintah hanya sekedar untuk bertahan saja," kata Deddy menjelaskan.  

Sementara itu, Kepada Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo sebelumnya mengatakan, saat ini belum ada rencana relaksasi baik stimulus maupun insentif bagi industri pariwisata. Kebijakan tersebut dimungkinkan dalam rangka membantu industri pariwisata di DIY bertahan di masa pandemi.

Terlebih, sebagian besar perekonomian di DIY digantungkan pada pariwisata. Sementara, sejak pandemi Covid-19 pertumbuhan perekonomian terus turun.

"Saya yakin karena pandemi masih ada, baik nanti pemerintah pusat ada skema-skema untuk menyelamatkan industri pariwisata," kata Singgih.  

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement