Khofifah Ajak Masyarakat Jaga dan Lestarikan Ragam Bahasa
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa | Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berpendapat, keragaman budaya dan bahasa merupakan salah satu nilai lebih yang dimiliki Indonesia. Setiap suku memiliki ciri dan bahasa yang khas. Tidak terkecuali di Jawa Timur. Menurutnya, keragaman itulah yang patut dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan bersama.
Khofifah mencontohkan masyarakat di ujung timur Jawa Timur yang dikenal khas dengan bahasa Osingnya. Meskipun ada sebagian yang menggunakan bahasa Madura. Tapi, kata dia, logat bahasa tersebut sedikit berbeda dengan masyarakat yang tinggal di Kepulauan Madura.
Kemudian masyarakat yang tinggal di ujung barat Jawa Timur, yang memiliki logat bahasa hampir sama dengan Jawa Tengah. "Ini masih satu provinsi, belum pada provinsi lainnya, sungguh ini kekayaan yang luar biasa," kata Khofifah di Surabaya, Senin (22/2).
Khofifah mengingatkan, pada Februari terdapat momentum yang berskala internasional, yakni Hari Bahasa Ibu Internasional. Momentum tersebut diperingati setiap 21 Februari. Ia pun berharap, peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional dijadikan momentum untuk merawat keragaman bahasa yang ada, khususnya di Jatim.
Khofifah menegaskan, masyarakat Indonesia patut bersyukur dengan keragaman bahasa yang dimiliki. Apalagi, perbedaan tersebut tetap bisa disatukan dalam satu bahasa, yakni bahasa Indonesia. Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan ditetapkan jauh sebelum Indonesia Merdeka. Yakni pada 1928.
Bahasa tersebut lalu menjadi alat komunikasi resmi, tanpa harus menggeser bahasa daerah atau bahasa adat. Menurutnya, permasalahan perbedaan bisa diselesaikan dengan cara damai. Perbedaan bahasa bukan menjadi buah persoalan. Sebaliknya, keragaman bahasa dan logat menjadi anugerah serta kekayaan yang patut dilestarikan.
"Tak jarang, orang Sunda belajar menggunakan bahasa Jawa, dan sebaliknya. Tak jarang pula orang Jawa belajar menggunakan bahasa Batak, dan sebaliknya. Orang Batak, merasa terhormat ketika ada orang lain berusaha mempelajari bahasanya," ujarnya.
Khofifah mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tetap menghargai keragaman budaya dan bahasa yang ada di Indonesia, khususnya Jawa Timur. Menurutnya, perbedaan bukan untuk dipersoalkan. Perbedaan merupakan kepatutan yang harus dipahami dan dihargai.