REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pemerintah Kota Bekasi telah membuka Adaptasi Tatanan Hidup Baru Satuan Pendidikan (ATHB-SP). Langah ini, menandakan dibukanya kembali kegiatan sekolah secara tatap muka.
Salah seorang orang tua murid, Nisa (38), menyambut baik adanya rencana pembukaan kegiatan sekolah tatap muka ini. Penyebabnya adalah tingginya biaya yang harus ditanggung untuk melaksanakan sekolah daring.
Dia yang memiliki tiga anak sekaligus itu mengaku cukup berat membiayai kuota untuk melaksanakan kelas anak-anaknya. "Kesulitan banyak ya. Otomatis kuota bertambah apalagi yang anaknya dua atau tiga untuk classroom kan menguras itu juga," ujar dia saat diterimui Republika, Senin (22/3).
Di samping itu, kata dia, sekolah online juga dinilai kurang efektif lantaran hanya bersifat satu arah saja. Sehingga, anak-anak kesulitan mencerna pelajaran terutama untuk jenis pelajaran eksak.
"Anak juga hanya dikasih soal, ga dikasih penjelasan, apalagi matematika rumus itu mereka bingung, kalau cari di google susah," ungkapnya.
Kendati begitu, dia juga tetap khawatir terkait masih adanya pandemi Covid-19. "Pasti ada (kekhawatiran), tapi ya daripada anak di rumah mulu juga kasihan nggak ada kegiatan, hanya di rumah di kamar saja. Kita juga berserah diri saja," jelasnya.