Tekan Stunting, Sleman Perbanyak Kader Kesehatan
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
ilustrasi Stunting | Foto: Republika/Mardiah
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Dinas P3AP2KB, Mafilindati Nuraini mengatakan, angka stunting di Kabupaten Sleman terus mengalami penurunan. Pada 2017 sebanyak 11,99 persen, turun menjadi 8,38 persen pada 2019, dan pada 2020 turun lagi jadi 7,24 persen.
Ia menilai, faktor pendorong pencapaian ini salah satunya karena ada regulasi Perbup Nomor 38/2015 tentang Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif. Ada pula Perbup Nomor 27/2019 tentang Program Percepatan Penanggulangan Balita Stunting.
Ada beberapa inovasi untuk mencegah bayi mengalami stunting. Mulai dari Gerakan Tanggulangi Anemia Remaja dan Thalasemia (Getar Thala), dan Pelayanan Antenatal Care Terpadu Menuju Triple Eliminasi Menuju Semua Layanan (Pandu Teman).
Kemudian, Pecah Ranting (Pencegahan Pada Rawan Stunting) dan Gambang Stunting (Gerakan Ajak Menimbang Cegah dan Atasi Stunting). Sleman turut menggalakkan konselor ASI dan motivator PMBA terlatih di 25 puskesmas dan beberapa RS.
"Untuk menekan angka stunting jumlah kader kesehatan juga terus ditingkatkan, sehingga jumlahnya bisa mencukupi dan terlatih dalam melakukan pemantauan pertumbuhan dan membantu pelaksanaan kegiatan," kata Mafilinda, Selasa (13/4).
Bupati Sleman, Kustini Purnomo, menyampaikan apresiasi atas inisiasi kegiatan tersebut yang telah menggandeng mitra generasi muda. Ia berpendapat, pelibatan generasi muda dalam program-program dapat membantu mewujudkan zero stunting.
"Ini merupakan langkah yang sangat strategis dalam menciptakan generasi penerus yang berkualitas," ujar Kustini.