UGM Dorong Istri Peternak Mampu Olah Susu Segar
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Pekerja memeras susu sapi perah. | Foto: ANTARA/Budi Candra Setya
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta memberdayakan istri peternak di Desa Tahunan, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, untuk mampu mengolah susu sapi segar. Salah satunya mengolah menjadi susu pasteurisasi kombinasi empon-empon.
Melalui pendampingan susu segar dapat diolah menjadi produk pangan olahan susu yang lezat, bergizi, tahan cukup lama, dan bernilai jual lebih tinggi. Empon-empon dipilih sebagai bahan tambahan karena merupakan tanaman unggulan di sana.
Selain itu, empon-empon ini dipercaya dapat meningkatkan antibodi. Dosen FP UGM dan Ketua Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof Ambar Pertiwiningrum mengatakan, selama ini mereka menjual susu hanya dalam keadaan segar.
"Dan, tidak mengolahnya bila tidak habis terjual. Jadi, susu yang tidak terjual diberikan secara cuma-cuma kepada tetangga atau dicampurkan kepada pakan sapi," kata Ambar, Rabu (21/4).
Ia menerangkan, kelompok peternak Bumi Rahayu Desa Tahunan gantungkan penjualan susu kepada koperasi. Belakangan, pendapatan harian peternak menjadi berkurang karena pandemi dan malah ada yang mulai menjual karena tidak bisa membeli pakan.
Kelompok ternak beranggotakan 25 orang tersebut memiliki lebih dari 50 ekor sapi Jumlah rata-rata produksi mereka per hari mencapai 6-10 liter untuk per ekor sapi, dengan nilai jual susu ke koperasi sebesar Rp 5.000 per liter.
"Pendapatan rata-rata setiap peternak hampir sama yaitu kurang lebih Rp 80 ribu per hari atau sekitar Rp 2.400.000 per bulan. Padahal, sebagian besar istri peternak tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga," ujar Ambar.
Pendampingan pembuatan susu pasteurisasi diawali pelatihan memerah yang benar dan sehat, dilanjutkan pengolahan susu yang mengombinasikan potensi lokal, yaitu empon-empon. Pengolahan susu segar itu mampu meningkatkan pendapatan peternak.
Selain itu, tidak ada lagi susu terbuang. Setelah diberikan pelatihan pengolahan susu, peternak dilatih memasarkan produk susu pasteurisasi secara daring melalui media sosial. Peternak turut dilatih mempublikasikan video dan foto produk.
"Memilih kata-kata kreatif dalam promosi dan dilatih menggunakan tagar agar produk mudah ditemukan oleh konsumen," kata Ambar.
Selain pengolahan susu, Ambar bersama dua peneliti lain Prof Catur Sugiyanto dan Dr Soedarmanto Indarjulianto melakukan penguatan kelembagaan wanita. Pendampingan diharap berkontribusi tingkatkan pendapatan dan konsumsi pangan rumah tangga.