REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang tua mungkin masih bingung terkait waktu dan usia yang tepat bagi anak untuk berpuasa. Puasa sudah bisa diperkenalkan pada anak di usia yang tepat.
“Anak-anak yang belum balig atau mencapai masa pubertas belum diwajibkan berpuasa Ramadhan. Namun, anak-anak juga perlu diperkenalkan dengan ibadah ini. Idealnya, para orang tua dapat mulai mengajak anak belajar berpuasa saat mereka sudah berusia 7 tahun,” ujar dr Desy Dewi Saraswati, SpA, dokter spesialis anak Primaya Evasari Hospital dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (26/4).
Menurut dr Ayi Dilla Septarini, SpA, dokter spesialis anak Primaya Hospital Bekasi Barat, sebenarnya tidak ada patokan baku kapan waktu yang tepat bagi anak untuk berpuasa. Anak balita pun boleh berpuasa. Hanya saja, sebaiknya seorang anak dapat berpuasa secara bertahap, tidak langsung puasa sampai Maghrib.
“Pada usia 4 tahun, anak cukup hanya dilatih dengan puasa selama 3 sampai 4 jam tanpa makan. Sedangkan, usia 5 sampai 7 tahun dikategorikan sebagai usia yang cukup untuk menanamkan pengertian tentang puasa dan makanannya. Pada usia ini, anak-anak cenderung sudah mulai berpikir kritis. Inilah masa-masa paling penting dalam kehidupan mereka,” ujar Ayi.
Ayi mengatakan, pada umumnya, hal-hal yang membuat anak lemah saat berpuasa adalah karena anak berpuasa tidak bertahap sesuai kemampuannya. Anak yang berusia di bawah usia 7 tahun merupakan kelompok yang lebih berisiko mengalami hipoglikemia apabila berpuasa.
Selain itu, kelompok usia ini lebih rentan mengalami kekurangan cairan. Perubahan pola tidur akibat bangun sahur juga dapat berdampak pada kemampuan di sekolah.
“Maka dari itu, agar anak tetap fit dan tidak lemas, lakukan durasi puasa secara bertahap. Jika tidak kuat, silakan berbuka puasa karena anak-anak hukumnya belum wajib berpuasa,” kata Ayi menjelaskan.
Menurutnya, para orang tua harus melakukan beberapa hal agar dapat memotivasi anaknya untuk berpuasa. Misalnya, memberi reward yang sederhana untuk membuat si kecil bersemangat, misalnya dengan membuatkan makanan atau minuman favoritnya untuk berbuka puasa.
Selain itu, tanamkan keinginan berpuasa dalam hati anak-anak dengan cara memberikan pendidikan agama secara tersirat. Beri anak pengenalan sederhana mengenai manfaat puasa untuk kesehatan, seperti untuk memperbaiki sel-sel kekebalan tubuh yang rusak agar ia tidak mudah sakit sehingga ia bisa belajar dan bermain lebih lama.
Hal ini terjadi karena pada saat berpuasa, sistem kekebalan di dalam tubuh akan menghemat energi dengan cara meregenerasi sel-sel kekebalan tubuh yang rusak atau sudah tua untuk diganti dengan sel imunitas yang baru. "Dengan memahami manfaat puasa untuk kesehatan, anak-anak tentu akan lebih bersemangat dalam menjalankan puasa," katanya.
Tumbuhkan semangat kompetitif. Misalnya, ibu bisa memberi contoh kepada si kecil mengenai teman-teman seusianya yang sudah mulai berpuasa. Dengan hal seperti ini, si kecil tentu akan kembali bersemangat dan tidak mau kalah dengan teman-temannya yang sudah mulai berpuasa.