REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I (Persero) melalui anak usahanya PT Prima Pengembangan Kawasan (PPK) menjalin kerja sama dengan industri smelter tembaga asal China yakni Union Resources amd Engineering Co Ltd (UREC). Kerja sama tersebut dilakukan untuk mengakselerasi pengembangan Kuala Tanjung Port and Industrial Estate (PIE) dengan mengembangkan potensi besar Kuala Tanjung Industrial Zone demi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kuala Tanjung berada dalam posisi yang sangat strategis, di tengah jalur utama Selat Malaka sehingga keberadaan Kuala Tanjung PIE berpotensi besar sebagai simpul penting dalam jaringan logistik dan supply chain global. Sehingga Kuala Tanjung akan menjadi pelabuhan masa depan Indonesia,” kata Direktur Utama Pelindo I Prasetyo dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (28/4).
Dia menjelaskan, ruang lingkup kerja sama tersebut melingkupi pemanfaatan lahan dan infrastruktur dasar yang akan disediakan oleh Pelindo I melalui anak usahanya PT PPK untuk kebutuhan pembangunan smelter tembaga milik UREC di Kawasan Industri Kuala Tanjung. Prasetyo mengatakan, smelter tembaga tersebut akan dibangun di area seluas 100 hektare yang terintegrasi dengan pelabuhan.
Prasetyo menambahkan, Pelindo I juga sudah melakukan kerja sama global logistik dengan sejumlah strategic partner untuk mengakselerasi pengembangan Kuala Tanjung PIE. Dalam mengembangkan Kuala Tanjung PIE, kata dia,terdiri dari dua bagian yang terintegrasi antara kawasan pelabuhan yakni Kuala Tanjung Multipurpose Terminal dan kawasan industri Kuala Tanjung Industrial Zone.
"Pelindo I akan menggandeng Zhejiang Seaport dan Port Rotterdam sebagai operator pelabuhan yang terbesar di Asia dan Eropa dengan memiliki jaringan logistik global," jelas Prasetyo.
Tak hanya itu, dia memastikan, pemerintah juga mendukung penuh. Selain itu juga mendorong Pelindo I untuk melakukan percepatan pengembangan area industri.
Pengembangan Kuala Tanjung PIE ditandai dengan telah beroperasinya Kuala Tanjung Multipurpose Terminal (KTMT) sejak 2019 yang diproyeksikan sebagai the Next Indonesia’s Logistic and Supply Chain Hub. Pelabuhan tersebut didesain untuk mengakomodasi kapal-kapal berukuran besar dengan bobot 50.000 DWT serta berbagai jenis muatan, dari peti kemas, curah cair, hingga general kargo.
Sedangkan untuk Kuala Tanjung Industrial Zone (KTIZ) dikembangkan di area seluas 3.400 hektare dengan memiliki potensi segmen industri yang beragam. Kawasan tersebut juga akan diperkuat dengan tersedianya berbagai layanan pendukung seperti bunkering service, logistic service, dan warehousing, serta dilengkapi juga dengan penyediaan listrik, jaringan pipa gas, air bersih, pengelolaan limbah, dan jaringan utilitas lainnya.
“Kami berterimakasih kepada UREC yang memilih Kawasan Industri Kuala Tanjung untuk membangun smelter, kami akan menyiapkan sumber daya untuk terus mendukung pembangunannya," jelas Prasetyo.
Dengan hadirnya UREC di Kuala Tanjung, Prasetyo mengharapkan akan semakin banyak investor yang masuk ke Kawasan Industri Kuala Tanjung yang memiliki lokasi yang strategis. Selain itu juga terkoneksi jaringan transportasi terpadu berupa jalan tol Trans-Sumatera dan jaringan jalur kereta api, serta berada di Pulau Sumatera yang memiliki tiga pelabuhan besar yakni Pelabuhan Belawan, Dumai, dan Kuala Tanjung.
Sementara itu, Chief Representative of Jakarta Office Indonesia UREC Meng Zhanqian. mengaku senang dapat melakukan kerja sama dengan Pelindo I. Khususnya dalam memanfaatkan lahan dan infrastruktur di Kawasan Industri Kuala Tanjung.
"UREC akan memabangun smelter tembaga, ini menjadi pembangunan yang kedua di Indonesia setelah di Gresik, Jawa Timur," kata Zhanqian.
Tak hanya pembangunan smelter, Zhanqian memastikan UREC juga siap bersinergi dengan Pelindo I untuk melakukan kerja sama lainnya. Zhanqian menilai terdapat sejumlah potensi kerja sama yang dapat dilakukan dengan Pelindo I.
Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara PT Prima Pengembangan Kawasan (PPK) dan Union Resources & Engineering (UREC) pada Selasa (27/4). MoU tersebut tentang pemanfaatan lahan dan infrastruktur di Kawasan Industri Kuala Tanjung.
UREC merupakan perusahaan integrasi sumber daya internasional yang bisnis utamanya meliputi kontrak rekayasa internasional, impor, dan ekspor peralatan. UREC menjadi bagian dari Yunnan Province Energy Investment Group Co Ltd yang termasuk dalam jajaran perusahaan teratas di China.