BNPB Usulkan Episentrum Bantul Jadi Tempat Edukasi Gempa

Red: Bilal Ramadhan

Warga melihat monumen peringatan gempa bumi di tepi Sungai Opak, Pundong, Bantul, Yogyakarta, Kamis (27/5). Saat sarasehan 15 tahun Gempa Yogyakarta disebutkan bahwa titik episentrum gempa bumi dengan kekuatan 5,9 skala Richter terletak di area ini. Terjadi pada kedalaman 10 kilometer di bawah Sungai Opak. Sekitar 5,800 orang meninggal dan 20 ribu orang luka-luka.
Warga melihat monumen peringatan gempa bumi di tepi Sungai Opak, Pundong, Bantul, Yogyakarta, Kamis (27/5). Saat sarasehan 15 tahun Gempa Yogyakarta disebutkan bahwa titik episentrum gempa bumi dengan kekuatan 5,9 skala Richter terletak di area ini. Terjadi pada kedalaman 10 kilometer di bawah Sungai Opak. Sekitar 5,800 orang meninggal dan 20 ribu orang luka-luka. | Foto: Wihdan Hidayat / Republika

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengusulkan kawasan Tugu Prasasti Episentrum Bumi Bantul 2006 di Dusun Potrobayan, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai tempat atau wahana edukasi bagi masyarakat terhadap bencana tersebut.

"Mohon izin Pak Wakil Bupati, saya usulkan tempat ini kita jadikan sebagai tempat edukasi bencana gempa bumi," kata Sekretaris Utama BNPB Lilik Kurniawan di sela Sarasehan dan Doa Bersama dalam rangka Refleksi 15 Tahun Gempa Bumi Bantul di Tugu Prasasti Episentrum Gempa Bantul.

Menurut dia, dengan dijadikan sebagai tempat edukasi gempa bumi, maka anak-anak atau generasi penerus Bantul bisa memanfaatkan tempat belajar atau studi tentang kebencanaan sesuai peristiwa yang telah terjadi pada 15 tahun lalu dan pengurangan resiko bencananya.

"Kalau ini jadi tempat edukasi gempa bumi anak-anak kita yang biasa studi tour ke Jakarta lihat Monas, Ancol nanti tidak usah kemana-mana bisa ke sini, yang penting semua informasi gempa ada di sini, seperti apa yang diceritakan pemerintah daerah," katanya.

Lilik mengatakan tempat edukasi gempa nantinya bisa dilengkapi dengan taman, sehingga pada hari libur akhir pekan, bisa menjadi tempat alternatif bagi para masyarakat dan komunitas pesepeda untuk berkunjung sambil belajar tentang gempa bumi Bantul.

"Sehingga mereka bisa cerita ke anak-anak bagaimana Tahun 2006 Kabupaten Bantul pernah terlanda bencana demikian dahsyat, ini jadi bagian penting bagi kita untuk mengingatkan literasi memberikan edukasi kepada masyarakat," katanya.

Dia mengatakan gempa bukan suatu peristiwa yang kemudian membuat masyarakat larut dan bersedih, tetapi mari menatap ke depan bahwa gempa bumi adalah peristiwa yang terulang, dan bisa terjadi pada saat kita sekarang, generasi kita hidup.

"Gempa adalah peristiwa yang berulang, kita tidak tahu kapan akan terjadi lagi, 15 tahun saya kira waktu yang cukup panjang, bagaimana anak-anak kita yang sekarang umurnya 10 tahun, 12 tahun tentu tidak tahu di daerah ini pernah terjadi gempa bumi," katanya.

Dia mengatakan, dengan tempat edukasi dan sejarah gempa, tentunya pemerintah tidak perlu terus menerus secara rutin menggelar refleksi untuk menceritakan bahwa 15 tahun lalu Bantul pernah ada gempa bumi 5,9 skala richter yang mengakibatkan 4.000 korban meninggal dan puluhan ribu orang terluka.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


BPBD Jatim Belum Terima Laporan Kerusakan Gempa Blitar

Dampak Gempa Blitar Dirasakan Warga Bantul Yogyakarta

BPBD: Tidak Ada Kerusakan di Bantul Akibat Gempa Yogyakarta

Gempa Pacitan Terasa di Bantul tapi tidak Berpotensi Tsunami

Gempa 2,6 SR Guncang Bantul Tiga Hari Terakhir

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark