Selasa 01 Jun 2021 10:22 WIB

Pedagang Kelontong Ini tak Surut Didera Pandemi Covid-19

Ia pun beruntung memenangkan 100 gram emas murni dari Mi ABC Selera Pedas.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Pedagang kelontong Warga Kota Bandung, menangkan emas murni 100 gram dari sebuah produk mie instan.
Foto: Istimewa
Pedagang kelontong Warga Kota Bandung, menangkan emas murni 100 gram dari sebuah produk mie instan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Warga Kota Bandung pedagang toko kelontong, Tuti Nurbaeti (54 tahun) seorang ibu dengan tiga anak, beruntung memenangkan 100 gram emas murni dari Mi ABC Selera Pedas melalui keikutsertaannya dalam Kampanye Pesta Hadiah Emas (PEDAS) #SabarItuEmas pada Maret lalu. Sebagian hadiah, oleh Tuti berikan kepada para pelanggannya, yakni para penjual nasgor keliling, sebagai bingkisan THR Idul Fitri. 

Padahal, dampak pandemi Covid 19 juga dirasakan Tuti dan suami. Biasanya, omzetnya berdagang mencapai jutaan rupiah per bulan, tetapi kini hanya berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta. Meski demikian, penurunan pendapatan yang drastis tersebut, tak menyurutkan tekad Tuti dan suami untuk terus membantu para penjual nasi goreng keliling pelanggan mereka. 

“Kami mah yakin, niat baik secara tulus akan membuahkan hasil yang baik pula,” ujar Tuti, Selasa (1/6).

Daya juang dan kesabaran Tuti bersama keluarganya berbuah kesempatan yang tak disangka-sangka. Pada Maret lalu, untuk stok makanan di rumah dan warungnya, Tuti dan suami membeli Mi ABC Selera Pedas - yang sedang menggelar promo konsumen Kampanye PEDAS. 

Tuti menemukan voucher hadiah (berbentuk stiker) di dalam salah satu kemasan Mi ABC Selera Pedas yang dibelinya. Sempat ragu dan khawatir tertipu, Tuti mengonfirmasi lewat nomor customer service yang tertera dalam voucher. Ternyata, benar dan sah, Tuti memenangkan hadiah utama berupa emas 100 gram.  

Tuti sendiri, membuka kios kecilnya sejak 2001 di Bandung. Awalnya, ia hanya memiliki niat untuk membantu perekonomian keluarganya. Lewat lapak dagang kayu berluas 3x3 meter di daerah Cibeunying, Bandung, Tuti berhasil mengentaskan putra pertamanya lulus universitas, dan mengantar putri bungsunya untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi. 

Tak hanya itu, lewat tokonya, Tuti berjasa besar membantu puluhan penjual nasi goreng keliling untuk bertahan hidup dan meneruskan usaha. Hampir 20 tahun yang lalu, Tuti memutuskan untuk berdagang setelah sang suami harus berhenti dari pekerjaannya sebagai konsultan pengukur jalan di sebuah perusahaan swasta. 

"Dengan mencairkan dana Rp 3 juta yang telah lama ditabung, saya mendapatkan lokasi toko tak jauh dari area kamar petak kontrakan di Sukapada, Kecamatan Cibeunying, Bandung," katanya.

Tuti mengatakan, dia melihat, para penyewa kontrakan mayoritas merupakan penjual nasi goreng keliling. Ia pun mulanya menyediakan kebutuhan sehari-hari. Kemudian, mengalihkan fokus dagangan menjadi bahan baku pangan, seperti beras, minyak goreng, telur sampai mi telur. 

Suami Tuti pun melihat peluang dengan mengelola usaha suplai elpiji tabung bagi para penjual tersebut. “Saya memulai berdagang dari anak bungsu belum genap berusia setahun, masih di gendongan. Sekarang, ia sudah kuliah tingkat pertama, dan saya tidak terpikir untuk menutup toko. Dari lapak kecil ini, keluarga saya bisa hidup. Bahkan, saya dan suami bersyukur sekali sudah bisa menguliahkan dua anak pertama kami sehingga mereka mampu mandiri,” papar Tuti Nurbaeti.

Tak hanya itu, tanpa dia sadari ternyata hadirnya toko memudahkan para penjual nasi goreng keliling di sekitar lokasi untuk meneruskan usaha mereka. Apalagi sebagian besar merupakan perantau dari luar Bandung yang harus bertahan mencari nafkah di kota besar. 

Tak jarang, kata dia, para penjual nasi goreng keliling di sekitar tokonya mengalami kesulitan berbelanja bahan baku karena ketiadaan modal. Tuti pun dengan ikhlas memberikan piutang bahan, bahkan terkadang pinjaman uang, agar mereka bisa lanjut berjualan. 

"Sebagai sesama pengusaha kecil, saya merasakan apa yang mereka alami ketika dalam kondisi penuh keterbatasan. Terlebih di tengah pandemi seperti saat ini, dagangan para penjual nasi goreng keliling itu seringkali tak habis atau tak laku," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, dengan kemampuan yang ada, dia tergerak untuk membantu. Daripada meminjam modal dari tempat lain dan harus membayar bunga, lebih baik para penjual itu mengambil bahan baku dari toko saya secara kredit. 

"Mereka bisa melunasinya dengan bertahap. Ini juga bentuk balasan kecil saya kepada mereka yang sudah menjadi pelanggan,” kata Tuti. 

Dengan hadiah tersebut, Tuti berencana membesarkan toko agar bisa membantu lebih banyak pedagang nasi goreng keliling di daerahnya. Selain itu, saat Lebaran, Tuti juga memberikan THR dan bingkisan kepada para pelanggannya sebagai bentuk syukur atas keberuntungan yang dia dapatkan melalui Mi ABC Selera Pedas. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement