'QRIS Jadi Solusi Pembayaran Digital bagi UMKM'
Red: Fernan Rahadi
Pengunjung melakukan transaksi pembayaran non tunai dengan menggunakan Scan QRIS (ilustrasi) | Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pelaku bisnis UMKM yang tergabung dalam Perkumpulan Bumi Alumni (PBA) didorong untuk menerapkan pembayaran digital menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS). Ketua Umum PBA Ary Zulfikar menyampaikan, transformasi digital mengubah cara orang melakukan pembayaran. Hal tersebut seiring dengan laju perkembangan teknologi di bidang perbankan, dari pembayaran fisik, ATM, mesin EDC hingga saat ini pembayaran digital melalui QR Code.
"Di dalam era digital, kami mendorong kepada pelaku bisnis UMKM melakukan pembayaran digital melalui QRIS. Keuntungannya adalah pembayaran dilakukan sangat praktis dan efisien serta higienis," katanya dalam sambutannya sebagai keynote speaker dalam webinar "QRIS : Pembayaran Praktis dan Higienis", Jumat (18/6) lalu.
Menurut dia, transaksi pembayaran juga sangat aman dan bisa dilakukan dimanapun dan kapan saja, tidak tergantung jarak dan waktu. Kecenderungan pembayaran digital juga membuat para pelanggan lebih royal untuk membeli produk, karena mereka tidak bawa tunai yang sering terbatas jumlahnya. "Sekarang ini memang semakin meluas pembayaran digital, uang tunai sudah mulai berkurang penggunaanya," kata Ary yang juga menjadi Direktur Eksekutif Hukum LPS itu.
Menurut Ary, dalam konteks menyambut era digital gerakan kewirausahaan PBA juga ikut mengembangkan kafe dengan platform pembayaran daring. Dua buah gerai Kafe di Kadin Bandung dan Mall PTC menerapkan pembayaran digital melalui QRIS, untuk memudahkan pelanggan dalam berbelanja. Dengan adanya pembayaran digital QRIS, Ary berharap bisa semakin mendorong produktifvitas pelaku bisnis UMKM.
Webinar tersebut merupakan kerja sama antara Bank Indonesia dan Perkumpulan Bumi Alumni yang menghadirkan dua narasumber Ricky Satria dari Bank Indonesia (BI) dan Muhammad Yusuf dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Ricky Satria yang menjadi Koordinator Kelompok Pengembangan Inovasi Teknologi Sistem Pembayaran Bank Indonesia menyampaikan, bahwa QRIS sendiri dikembangkan sejak tahun 2019, setelah melakukan kajian sepanjang 2018, dengan tujuan membantu keuangan inklusif kedua menjangkau pelaku usaha UMKM sejalan dengan perkembangan teknologi. Disusun bersama dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) baik bank dan non bank dari seluruh Indonesia.
"Setelah melakukan serangkaian uji coba pada tanggal 17 Agustus 2019, QRIS resmi diluncurkan sebagai alat pembayaran digital yang bisa digunakan oleh masyarakat Indonesia," kata Ricky.
Dengan datangnya pandemi Covid-19, QRIS yang diluncurkan BI menjadi “blessing in disguise” karena sejalan dengan seruan dari WHO terkait dengan transaksi aman menggunakan contact less, mobile payment. Lantaran virus yang menempel pada uang tunai bisa bertahan cukup lama termasuk juga menempel di kartu debit dan kartu kredit.
"Adanya pandemi ini menjadi pemicu bagi orang untuk melakukan transformasi termasuk dalam pembayaran digital yang aman dan menghindarkan diri dari kemungkinan kontak fisik. Mereka melakukan moving digital payment, padahal kita belum melakukan kampanye secara masif," tuturnya.
Sementara Muhammad Yusuf, Vice President Bank BRI bidang Payment Retail, menyampaikan saat ini BRI menjadi salah satu bank pengelenggara layanan QRIS. Dengan jumlah kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, BRI membuka bagi para pelaku bisnis UMKM untuk menjadi merchant QRIS. "Sangat mudah untuk mendaftar menjadi merchant QRIS, cukup membawa KTP dan NPWP saja bagi perseorangan," jelasnya.
Menurut Yusuf, kehadiran QRIS sangat membantu transaksi, karena dulu sebelum ada QRIS biasanya di meja toko tersusun berbagai macam QR, ada QR Link aja, Ovo, Gopay dan sebagainya. "Dengan adanya kebijakan Bank Indonesia mengggunakan standar pembayaran digital QRIS menjadi lebih simpel, meja tidak sumpek lagi cukup dengan satu QRIS semua bisa terlayani," tuturnya.
Kehadiran QRIS membuka peluang yang besar bagi para pedagang dan pelaku bisnis UMKM, karena tren menyimpan uang di dompet digital atau e-wallet juga semakin meluas. Fintech-fintech yang menyediakan e-wallet memancing para user untuk menyimpan dananya ke dalam e-wallet.