Selasa 29 Jun 2021 13:45 WIB

Tantangan FSR IKJ di Tengah Revolusi Peradaban

Pandemi tak membuat FSR IKJ kehilangan kreativitas.

Red: Muhammad Hafil
Dekan Fakultas Seni upa IKJ Anindyo Widito
Foto: Dok Pri
Dekan Fakultas Seni upa IKJ Anindyo Widito

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Dekan Fakultas Seni upa IKJ Anindyo Widito, dua tahun sudah sejak Pandemi Covid-19 diumumkan sebagai Pandemi Global di Indonesia, terdapat perubahan yang sangat signifikan khususnya dalam setiap gerak kehidupan manusia. Tak terkecuali dalam kehidupan kampus di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

"Roda aktivitas dan kreativitas seakan melambat, tidak lagi terdengar suara-suara dari segala penjuru, baik di luar maupun dalam ruangan," kata Anindyo, Senin (29/6).

Baca Juga

Menurut Anindyo, suara yang terkadang bising memekakkan telinga yang keluar dari teriakan-teriakan mahasiswa teater yang sedang berlatih vokal, atau  alunan  musik perkusi yang lembut dari  mahasiswa Musik tak lagi mengusik telinga. Di sudut lain, keheningan menggantikan  suara-suara mesin pemotong kayu dari mahasiswa Kriya Kayu, gesekan pemutar keramik dan suara-suara khas lainnya yang hanya terdengar di satu tempat saja di Jakarta.

Sejauh mata memandang, hanya kehampaan dan kekosongan belaka yang tersaji.  Tak terlihat lagi kelompokkelompok mahasiswa berbincang riuh di segala sudut. Penampakkan mahasiswa yang berjalan menyandang tabung, membawa kanvas, kamera, atau alat musik di punggungnya digantikan oleh riuh rendahnya berjenis burung yang beraktivitas di ranting pohon bahkan tanah.