Guru Milenial Wajib Melek Digital

Red: Karta Raharja Ucu

Guru di era milenial dituntut menguasai iptek di dunia yang serba digital. Foto: ilustrasi seorang guru memberikan pelajaran jarak jauh kepada siswanya.
| Foto: ANTARA/Mohammad Ayudha

Peran Guru tak Tergantikan

Keberadaan dan peran guru tidak akan pernah tergantikan di era apa pun. Baik di era digital atau sampai manusia tergantikan tugasnya oleh mesin. Kita perlu belajar kepada Jepang yang mampu bangkit dari kehancuran usai kalah di Perang Dunia ke II. Jepang mampu bangkit dengan menjadikan pendidikan dan guru sebagai gerbong perbaikan.

Atau kita juga bisa meniru Finlandia, negara yang disebut-sebut sebagai kiblatnya dunia pendidikan global. Sistem yang mereka sempurnakan dinilai berhasil di mata dunia. Salah satunya adalah memprioritaskan kualitas guru, di mana guru adalah profesi bergengsi dan sarat seleksi. Semua itu paripurna dengan gaji tinggi yang diterima para guru di sana.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek), Nadiem Makariem sebelum menjadi menteri pernah menyampaikan gagasan tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia Menuju Ekonomi Digital. Lima poin penting yang digagas tersebut adalah English, Coding, Mentoring, Statistik dan Karakter di mana kelimanya dianggap mampu menjawab tantangan di era digital.

Kita perlu mencermati poin ketiga, yakni mentoring. Di sini Mas Menteri menekankan peran penting guru dalam membangun SDM Indonesia yang unggul di era digital. Kehadiran guru tidak bisa hanya sekadar nongol dan berbicara lewat layar komputer. Wujud fisik dan ruhiyah dalam dunia pendidikan tidak bisa dihilangkan, karena proses pendidikan tidak sekadar dimaknai dengan penyampaian ilmu, tetapi juga penanaman nilai dan pembangunan karakter.

Ketidakhadiran guru secara fisik yang terbentur di masa pandemi ini bisa terobati dengan seringnya guru berinteraksi lewat berbagai macam aplikasi. Guru tidak hanya bisa menjadi tempat bertanya tentang ilmu pengetahuan, tapi juga bisa menjadi tempat mencurahkan perasaan seperti anak kepada orang tuanya.

Jangan sampai para murid merasa berselancar di dunia maya akan lebih mudah mendapatkan informasi dan ilmu ketimbang bertanya kepada para guru. Apalagi hadir di majelis dunia maya jauh lebih menggoda untuk para manusia-manusia digital, ketimbang hadir di kelas daring. Dikhawatirkan guru nantinya hanya akan menjadi mesin penghitung, sampai sejauh mana anak mampu menjawab soal-soal.

Seperti kita ketahui, di era industri 4.0 seperti sekarang dunia berubah dan mau tak mau harus mengikuti perubahan jika tidak ingin ketinggalan. Hal itu berlaku juga untuk dunia pendidikan, baik guru maupun murid, turut menyesuaikan diri dengan perubahan di era industri 4.0.

Hasil penelitian yang dilakukan Hole in the Wall oleh Sugata Mitra di India, menemukan anak muda saat ini lebih senang belajar sendiri menggunakan komputer dan internet. OECD menemukan siswa yang sudah memahami bagaimana mengoperasikan komputer dan internet untuk belajar, memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dibanding anak lainnya.

Tentu saja fenomena ini akan mengancam eksistensi guru. Jika guru masih terpaku dan fokus mengajar dengan metode konvesional, bisa jadi guru akan ketinggalan kereta.

Untuk itu, setidaknya guru wajib terampil membuat media pembelajaran yang menarik minat muridnya. Guru sekolah dasar misalnya, dituntut mampu menciptakan teaching media yang bisa menarik perhatian siswa digital native.

Textbook kini bukan lagi "kitab suci" di era belajar digital. Manfaatkan jaringan internet untuk meng-update pengetahuan dan meng-upgrade kemampuan. Keterampilan menggunakan konten global akan memudahkan guru mengembangkan materi. Guru pun bisa menciptakan game-based learning dengan mengajak muridnya belajar sekaligus bermain.

Victorian Department of Education and Training yang berpusat di Victoria, Australia, menyebut, pembelajaran yang dipadukan dengan aktivitas bermain bisa menstimulasi siswa untuk memiliki kemampuan berpikir kritis yang akan diperlukan di jenjang pendidikan lebih tinggi.

Tak sampai di sana, guru sudah sewajarnya terampil berbahasa asing. Sebab, menguasai bahasa asing, minimal bahasa Inggris tingkat dasar, adalah elemen penting dalam pendidikan di era digital. Meskipun untuk guru SD. Apalagi mengingat perkembangan global menuntut para guru mampu menciptakan pembelajaran bersifat bilingual. Dengan begitu, guru bisa memberikan pelajaran lebih beragam.

Para guru milenial patutnya bersyukur karena tugasnya dinilai lebih mudah menjalankan proses belajar mengajar di era digital seperti sekarang. Alasannya, pengguna internet di Indonesia cukup tinggi, meski di beberapa daerah akses internet masih terbatas.

Dalam laporan yang dirilis layanan manajemen konten HootSuite, dan agensi pemasaran media sosial We Are Social dalam laporan bertajuk "Digital 2021", pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 ini mencapai 202,6 juta jiwa dari total penduduk Indonesia yang mencapai 274,9 juta. Jumlah ini naik 15,5 persen atau 27 juta jiwa jika dibandingkan pada Januari 2020 lalu. Artinya, penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen.

Menyadur dari laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kemenkominfo, Ahmad M. Ramli mengatakan, sebagai eksekutor transformasi digital, Kemenkomifo telah menyiapkan berbagai program, termasuk akses internet yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia. sehingga pada 2021 nanti sudah akan mulai membangun di berbagai daerah yang selama ini dianggap blank spot.

Pengguna internet selama pandemi Covid-19, usia 6 tahun ke atas sudah mulai ikut menjadi user internet. Sebab, rata-rata usia Sekolah Dasar (SD) melakukan home schooling. Bahkan usia sekolah di bawah SD pun seperti play group juga aktif melalukan home schooling.

Dengan catatan tersebut, guru milenial sudah sepantasnya tidak mengeluhkan ketika PJJ masih diterapkan ketika Covid-19 masih merajalela.

Terkait


Disdik Depok Putuskan Kembali Berlakukan PJJ

Komunikasi Ortu-Sekolah Wajib Diperkuat Selama PJJ

Hari Ini Siswa Mulai Masuk Sekolah Secara Daring

PTM di Bawah Bayang-Bayang PPKM

Legislator Minta Kemendikbudristek Segera Putuskan PJJ

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark