Memerangi Narkotika Melindungi Anak Bangsa
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Memerangi Narkotika Melindungi Anak Bangsa (ilustrasi) | Foto: Republika
REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) yang ditetapkan setiap 26 Juni menjadi bentuk keprihatinan dunia terhadap penyalahgunaan narkotika. Yang mana, sudah memberi dampak buruk terhadap kesehatan, keamanan dan kedamaian dunia.
Tahun ini, PBB mengambil tema Share Facts on Drugs, Saves Lives, yang bertujuan memerangi informasi yang salah dan mempromosikan fakta-fakta tentang narkotika. Sedangkan, Indonesia mengambil tema War on Drugs, Menuju Indonesia Bersinar.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan dan Alumni Universitas Islam Indonesia (UII), Dr Rohidin mengatakan, narkotika mengancam kelangsungan masa depan anak bangsa. Korbannya tidak memandang usia, pekerjaan, atau jabatan.
"Saat ini, mulai pelajar atau mahasiswa hingga figur publik banyak yang terjerat kasus penyalahgunaan narkotika," kata Rohidin dalam webinar yang digelar Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa (PIK-M) Aushaf UII, Kamis (15/7).
Penyuluh Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DIY, Santy Dwi menuturkan, mulai 2014 Indonesia ditetapkan darurat narkotika. Permasalahanya seperti benang kusut dan letak geografisnya yang terbuka membuat akses masuknya lebih mudah.
"Target peredaran tidak memandang status sosial ekonomi atau gender. Orang yang tidak memiliki uang akan mulai mengenal narkotika lewat menjadi kurir. Lebih rawan lagi perempuan yang bisa rela jual diri untuk dapat konsumsi narkotika," ujar Santy.
Akhirnya, narkotika memiliki peran silent killer yang merusak negara. Santy mengingatkan, cara mencegah penyalahgunaan narkotika dimulai berkata tidak dan berani melapor. Lalu, ketika sudah terjerumus harus bersedia direhabilitasi.
Influencer, Sherly Annavita menekankan, kerugian yang dialami Indonesia karena penyalahgunaan narkotika mencapai Rp 84 triliun dengan korban 3,3 juta orang. Bahkan, pada 2017, pecandu yang meninggal setiap hari mencapai 30 orang.
"Data 2017 menunjukkan dominasi penyalahgunaan adalah oleh pekerja dengan 57 persen, disusul oleh pelajar yang berawal dari coba-coba," kata Sherly.
Efek narkotika sangat merugikan tubuh manusia dan kebanyakan orang tidak tahu terkait informasi tersebut atau bahkan acuh tidak acuh. Sebab, organ vital manusia akan rusak, yang akan mempengaruhi kualitas kehidupan seseorang.
Narkotika berdampak sosial, cepat atau lambat menghancurkan masa depan pecandu. Efeknya dapat mengurangi kualitas pekerjaan seseorang dan merusak keharmonisan rumah tangga, yang itu semua terjadi setelah seseorang sudah kecanduan narkoba.
"Urgensi masalah narkotika membuat semua elemen harus menggiatkan gerakan anti narkoba. Penyebaran informasi seluas-luasnya bisa sebagai bentuk pencegahan. Merangkul semua pihak dengan cara yang inovatif dan informatif pada era 5.0," ujar Sherly.