Pemkab Gunung Kidul Belum Ada Rencana Gelar Virtual Tour
Red: Bilal Ramadhan
Wisatawan mengunjungi Desa Wisata Nglanggeran di Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta. | Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Dinas Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), belum berencana melaksanakan virtual tour selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat karena tidak diminati dan tidak berdampak pada perkembangan ekonomi di kawasan wisata.
"Sampai saat ini, kami belum ada rencana mengadakan virtual tour, seperti anjuran Kementerian Pariwisata dan Perekonomian Kreatif (Kemenparekraf)," kata Sekretaris Dinas Pariwisata Gunung Kidul Harry Sukomono di Gunung Kidul, Senin (19/7).
Ia mengakui pada awal pandemi Covid-19, pengelola Kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran dan beberapa geosite di Gunung Sewu mengadakan virtual tour. Pengelola membuat video dan foto, serta narasi objek wisata tersebut.
Wisatawan yang menyaksikan secara virtual melihat objek wisata Gunung Apil Purba Nglanggeran, namun kurang efektif dan sepi peminat. "Pengelola Gunung Api Purba Nglanggeran menyelenggarakan virtual tour secara gratis, namun tetap sepi peminat. Hal ini dikarenakan sasarannya hanya kalangan tertentu, dan tidak berdampak secara ekonomi bagi masyarakat di sekitar objek wisata," katanya.
Lebih lanjut Harry Sukmono mengatakan dalam pantauan selama 14 hari diterapkannya PPKM Darurat di Gunung Kidul ini, seluruh objek wisata di Gunung Kidul ini bebas dari kunjungan wisatawan. Dari pos-pos retribusi selama kebijakan PPKM Darurat ini juga tidak ada laporan mengenai kunjungan wisatawan yang kemudian diminta putar balik.
"Sejauh ini, sudah tidak ada laporan adanya wisatawan yang masuk ke objek wisata di Gunung Kidul, khususnya objek wisata pantai. Hal ini dikarenakan ada beberapa lokasi masuk ke Gunung Kidul dilakukan penyekatan yang dilakukan secara terpadu, sehingga wisatawan yang akan masuk langsung bisa dihalau," katanya.
Sementara itu petugas jaga TPR JJLS, Wijang Antok mengatakan sudah tidak ada wisatawan dari luar kota yang hendak masuk ke objek wisata, khususnya pantai selatan. Mereka yang keluar masuk hanya warga lokal seperti nelayan dan petani.
"Meski demikian, sejumlah petugas pos retribusi dan petugas lainnya hingga saat ini tetap melakukan penjagaan. Jika nantinya ada wisatawan yang hendak masuk, langsung dihalau dan diminta putar balik," katanya.