REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Temuan ilmiah telah mengungkap bahwa tenaga kesehatan tiga kali lebih berisiko mengidap Covid-19 dibandingkan masyarakat umum. Tidak hanya itu, selama pandemi, staf perawatan kesehatan juga menyimpan beban mental tersendiri.
Peningkatan frekuensi kerja di tengah lonjakan kasus Covid-19 disertai beban mental berpotensi menyebabkan stres dan kecemasan, bahkan peristiwa traumatis. Utamanya, pada tenaga kesehatan yang tergabung dalam manajemen unit perawatan intensif.
Studi terdahulu pada 2007 telah mengungkap risiko tinggi gangguan stres pascatrauma (PTSD) di antara staf perawat di unit perawatan intensif. Mengingat tingginya tingkat kematian pasien Covid-19 dengan skala kasus parah, tidak diragukan lagi jika beban mental kian meningkat.
Tim dari Departemen Bedah dan Kanker, Imperial College Healthcare NHS Trust, Imperial College, London, Inggris, menggagas survei daring terkini terkait hal tersebut. Para peneliti berupaya mendapat pemahaman yang lebih baik tentang beban kesehatan mental tenaga kesehatan.
Tujuannya adalah untuk menetapkan prevalensi indeks depresi, insomnia, dan PTSD. Jajak pendapat dilakukan terhadap profesional kesehatan yang bekerja di unit perawatan intensif di Inggris, Prancis, Italia, Belgia, Mesir, Taiwan, dan China.