Terapi Uap Eucalyptus Jadi Kegiatan Mahasiswa KKN UMP
Rep: Eko Widiyatno/ Red: Andi Nur Aminah
Terapi uap kayu putih atau eucalyptus | Foto: Republika
REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Universitas Muhammadiyah Purwokerto, menerjunkan ratusan mahasiswa dalam kegiatan KKN yang dilaksanakan periode ini. Pelepasan mahasiswa KKN dilakukan secara virtual oleh Rektor UMP Dr Jebul Suroso, Sabtu (31/7).
"Saya berharap mahasiswa UMP yang melakukan KKN ini dapat melaksanakan program edukasi, pendampingan, pembagian informasi dan pemberian inovasi dengan cara benar-benar aman. Terutama dalam kondisi pandemi saat ini," katanya.
Salah satu program yang dilakukan, adalah dengan KKN tematik dimana mahasiswa UMP bertugas menjadi relawan penanggulangan Covid 19. "Seluruhnya ada 247 mahasiswa dari berbagai fakultas yang melaksanakan KKN dengan menjadi relawan," jelasnya.
Ketua KKN Relawan Covid 19 Banyumas (RCB) UMP Wahyu Aji Prakoso, menyebutkan para mahasiswa yang menjadi relawan ini disebar di 16 titik. Antara lain, di berbagai puskesmas wilayah Banyumas, rumah sakit darurat Hotel Rosenda, dan di berbagai lokasi karantina.
Di lokasi karantina yang menampung pasien Covid 19 tanpa gejala, mahasiswa KKN UMP melakukan berbagai upaya untuk mempercepat proses penyembuhan pasien. "Setiap hari, para mahasiswa menyelenggarakan kegiatan pemeriksaan fisik, senam bersama, edukasi kesehatan, pengisian rekam medis, dan penyemprotan desinfektan," jelasnya.
Bahkan 26 mahasiswa UMP yang melakukan KKN Relawan di Hotel Tiara, juga melakukan kegiatan terapi Eucalyptus atau minyak kayu putih. "Terapi Eucalyptus merupakan ciri khas pada rumah karantina hotel Tiara. Terapi ini diberikan pada sebagian pasien yang mengalami hilangnya penciuman atau hidung mampet," jelasnya.
Setiap pagi kegiatan ini dilakukan selama tiga hingga lima menit per pasien. Caranya, para relawan menyediakan air mendidih yang diberi minyak eucalyptus kemudian dihirup uapnya oleh pasien. "Hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukan memang terdapat efek terapi eucalyptus pada pasien anosmia total. Namun memerlukan waktu lebih lama untuk mengembalikan penciuman dibanding anosmia ringan," jelasnya.
Penelitian ini didukung dengan hasil dari terapi eucalyptus yang sudah dilakukan para mahasiswa. "Dari hasil kegiatan tersebut, banyak pasien merasa lega pada pernafasannya dan penciumannya secara berangsur-angsur lebih cepat pulih," katanya.
Dia juga menyebutkan, terapi Eucalyptus juga memiliki efek samping berupa pusing kepala jika terlalu lama menghirup uap bagi pasien dengan anosmia ringan. "Dari kegiatan ini bisa disimpulkan, terapi eucalyptus memberi manfaat yang baik untuk menstimulasi indera penciuman pada pasien Covid 19. Namun direkomendasikan untuk tidak terlalu lama menghirup, karena memberi efek samping pusing kepala pada beberapa pasien," jelasnya.