Ambang Batas Ekonomi Diajarkan Ke Petani Bima 

Red: Fernan Rahadi

Petani di Nusa Tenggara Barat (ilustrasi)
Petani di Nusa Tenggara Barat (ilustrasi) | Foto: BPPSDMP Kementan

REPUBLIKA.CO.ID, BIMA -- Sebanyak 20 orang petani mengikuti kegiatan Sekolah Lapang (SL) tanaman jagung, 4 Agustus 2021, berlokasi di Poktan Talaga Lisu, Desa Woro, Daerah Irigasi Embung Woro, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima, NTB. Materi yang dibahas pada pertemuan ke-8 ini adalah ambang batas ekonomi serangan hama tanaman jagung.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan pentingnya menjaga tanaman. "Tantangan untuk kita saat ini adalah meningkatkan produktivitas. Karena dengan cara itulah ketahanan pangan bisa dijaga," katanya dalam siaran pers, Ahad (8/8).

Pernyataan serupa disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi. "Dalam kondisi apa pun pertanian tidak boleh bersoal. Pertanian tidak boleh bermasalah. Artinya, petani harus terus turun ke lapang, penyuluh harus turun ke lapangan untuk mendampingi petani. Produksi pertanian tidak boleh berhenti," katanya

Oleh karena itu, Dedi berharap para petani bisa memanfaatkan materi yang disampaikan dalam SL IPDMIP.  Di Bima, fasilitator kegiatan SL IPDMIP terdiri dari PPL, Staf Lapangan dan Penyuluh Swadaya. Sedangkan supervisi kegiatan dilakukan oleh unsur DPIU IPDMIP, KJF Distanbun Kabupaten Bima, Kepala BPP Madapangga, TPM serta Konsultan Daerah IPDMIP Kabupaten Bima.

Staf Lapangan IPDMIP, Supratman menjelaskan bahwa 20 orang peserta SL terdiri dari 10 orang petani laki-laki dewasa, 6 orang wanita tani serta 4 orang pemuda tani yang merupakan perwakilan dari beberapa Poktan Program IPDMIP Desa Woro. 

Supratman menambahkan bahwa benih jagung yang ditanam di lahan SL ini adalah varietas Bisi 321 dengan potensi hasil sekitar 8 ton/ha yang bersumber dari swadaya petani. 

PPL Desa Woro, Sarifuddin saat menyampaikan materi menjelaskan bahwa prinsip dasar tentang ambang batas ekonomi adalah pemahaman tentang batasan intensitas dan jumlah serangan hama yang perlu mendapat penanganan khusus secara kimiawi. 

"Sebab, masih banyak ditemui petani yang belum memahami prinsip tersebut. Sehingga, berdampak kepada penanganan hama yang kurang efektif. Kondisi tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan dan produktivitas tanaman, tetapi juga dapat merugikan petani dari sisi ekonomi sebagai akibat dari penggunaan pestisida yang berlebihan," katanya. 

Lebih jauh dari itu, dapat berdampak pula terhadap rusaknya keseimbangan alam dan ekosistem usaha tani, termasuk ekosistem musuh alami. "Melalui kegiatan SL ini kita mengedukasi petani untuk lebih bijak dalam menangani masalah hama dengan selalu mempertimbangkan keseimbangan ekosistem dan kelestarian alam," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


Kasus Melonjak, RS di NTB Alami Kelangkaan Oksigen

Tugu Titik Nol Kilometer Mataram Mulai Dibangun

Kekerasan terhadap Perempuan di NTB Naik Selama Pandemi 

BRI Salurkan KUR Hingga Rp 1 Triliun di NTB

Wagub NTB Minta Pendistribusian Oksigen Dilakukan Merata

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark