Pemkot Yogya Siapkan Skema Bantuan untuk Anak Yatim Piatu
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pemkot Yogya Siapkan Skema Bantuan untuk Anak Yatim Piatu (ilustrasi). | Foto: ANTARA/ABRIAWAN ABHE
REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menyiapkan skema bantuan untuk anak yatim piatu akibat kehilangan orang tua yang meninggal karena Covid-19. Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, pihaknya melibatkan korporasi dan lembaga sosial untuk membantu anak yatim piatu.
"Selama ini kami sudah mengantisipasi (intervensi) terhadap anak yatim, piatu dan yatim yang orangtuanya meninggal karena terpapar Covid-19. Kami siapkan beberapa skema," kata Heroe di Yogyakarta, Senin (30/8).
Heroe menyebut, bantuan direncanakan akan diberikan secara berkesinambungan. Saat ini, sudah ada beberapa korporasi dan lembaga sosial yang bersedia memberikan bantuan.
"Bentuk bantuan sedang dirumuskan dan melibatkan banyak pihaknya. Termasuk menyiapkan program beasiswa dan segala macam untuk membantu anak-anak," katanya yang juga Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta tersebut.
Pendampingan psikologis kepada anak yang kehilangan orang tua akibat Covid-19 juga sudah dilakukan sejak Juli lalu. Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta, total ada 248 anak yang kehilangan orang tua akibat Covid-19.
Kepala DP3AP2KB Kota Yogyakarta, Edy Muhammad mengatakan, dari total tersebut sekitar 22 anak yang kehilangan kedua orang tuanya. Sedangkan, sisanya kehilangan salah satu orang tuanya.
"Kami lakukan pendampingan psikologis lewat puspaga secara proaktif ke wilayah. Terutama prioritas yang yatim piatu karena sebagian syok kehilangan orang tua lantaran tidak mengira orang tua meninggal, sehingga butuh pendampingan," kata Edy.
Saat ini, pihaknya juga masih melakukan pemilahan data terhadap ratusan anak yang kehilangan orang tua. Pemilahan dilakukan untuk penanganan berkelanjutan yang akan dikoordinasikan dengan OPD lainnya.
Edy menyebut, pemilahan data ini terkait dengan data keluarga program Keluarga Menuju Sejahtera (KMS) maupun Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial. Selain itu, pemilahan data anak usia di bawah lima tahun juga dilakukan.
Pasalnya, penanganan terhadap anak di bawah lima tahun harus lebih spesifik. Terutama terkait dengan pengasuhan anak.
"Untuk pengasuhan dimulai dari saudara terdekat atau kerabat dulu. Jika tidak ada, kami akan tindaklanjuti dan jangkau agar anak bisa tumbuh dengan baik," ujarnya.