Oleh : Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur, KH Ma'ruf Khozin
REPUBLIKA.CO.ID, — Saya sering ditanya masalah ini, yaitu ketika sholat sholat imam dan satu makmum. Dalil hadits menunjukkan berdiri sejajar antara imam dan makmum.
Tapi pendapat ulama Mazhab justru seperti bertentangan, sebab makmum mundur sedikit dari posisi berdiri imam. Apalagi jika ditambah "Anda ikut Nabi apa ikut imam Mazhab?".
Tadi pagi kuliah subuh online yang mengkaji Sahih Bukhari bersama jamaah Masjid Manarul Ilmi ITS, kebetulan sampai pada hadits tersebut. Imam Bukhari menulis judul Bab:
ﺑﺎﺏ: ﻳﻘﻮﻡ ﻋﻦ ﻳﻤﻴﻦ اﻹﻣﺎﻡ، ﺑﺤﺬاﺋﻪ ﺳﻮاء ﺇﺫا ﻛﺎﻧﺎ اﺛﻨﻴﻦ “Makmum berdiri di sebelah kanan imam, di sebelahnya sejajar bila terdiri dari dua orang (imam dan makmum).” Hadits yang disampaikan Imam Bukhari adalah:
ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ، ﻗﺎﻝ: ﺑﺖ ﻓﻲ ﺑﻴﺖ ﺧﺎﻟﺘﻲ ﻣﻴﻤﻮﻧﺔ " ﻓﺼﻠﻰ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ اﻟﻌﺸﺎء، ﺛﻢ ﺟﺎء، ﻓﺼﻠﻰ ﺃﺭﺑﻊ ﺭﻛﻌﺎﺕ، ﺛﻢ ﻧﺎﻡ، ﺛﻢ ﻗﺎﻡ، ﻓﺠﺌﺖ، ﻓﻘﻤﺖ ﻋﻦ ﻳﺴﺎﺭﻩ ﻓﺠﻌﻠﻨﻲ ﻋﻦ ﻳﻤﻴﻨﻪ
Ibnu Abbas berkata, "Saya menginap di rumah bibi saya, Maimunah (istri Nabi). Nabi sholat Isyak, lalu datang dan sholat 4 rakaat. Kemudian Nabi tidur, bangun malam dan sholat. Saya datang lalu berdiri di sebelah kiri Nabi, dan beliau mengarahkan saya ke sebelah kanan Nabi."
Al Hafidz Ibnu Hajar sependapat dengan Imam Bukhari, sehingga dalam syarahnya banyak mengutip atsar yang menguatkan posisi makmum berdiri sejajar dengan imam:
وَعَنْ اِبْنِ جُرَيْجٍ قَالَ : قُلْتُ لِعَطَاءٍ : الرَّجُلُ يُصَلِّي مَعَ الرَّجُلِ أَيْنَ يَكُونُ مِنْهُ ؟ قَالَ : إِلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ . قُلْتُ : أَيُحَاذِي بِهِ حَتَّى يَصُفَّ مَعَهُ لَا يَفُوتُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ ؟ قَالَ : نَعَمْ . قُلْتُ : أَتُحِبُّ أَنْ يُسَاوِيَهُ حَتَّى لَا تَكُونَ بَيْنَهُمَا فُرْجَةٌ ؟ قَالَ : نَعَمْ .
Ibnu Juraij bertanya kepada Atha', "Dimana posisi makmum laki-laki yang sholat bersama imam laki-laki?" Atha' menjawab, "Sebelah kanannya". Saya, "Apakah berdiri lurus sehingga tidak ada keterpautan antara imam dan makmum?" Atha', "Ya". Saya bertanya, "Apakah lurus hingga tidak ada celah antara imam dan makmum?" Atha', "Ya" (Fath al-Bari, 3/38). Bagaimana pendapat para ulama Mazhab? Berikut perinciannya:
- Mazhab Maliki
( وَالرَّجُلُ الْوَاحِدُ ) وَمِثْلُهُ الصَّبِيُّ الَّذِي يَعْقِلُ الْقُرْبَةَ إذَا صَلَّى وَاحِدًا مِنْهُمَا ( مَعَ الْإِمَامِ ) يُسْتَحَبُّ لَهُ أَنْ ( يَقُومَ ) أَيْ يُصَلِّيَ ( عَنْ ) أَيْ جِهَةَ ( يَمِينِهِ ) وَيُنْدَبُ لَهُ أَنْ يَتَأَخَّرَ عَنْهُ قَلِيلًا بِحَيْثُ يَتَمَيَّزُ الْإِمَامُ مِنْ الْمَأْمُومِ وَتُكْرَهُ مُحَاذَاتُهُ
“Seorang makmum laki-laki atau anak kecil jika sholat bersama imam maka disunnahkan berdiri di sebelah kanan imam. Dianjurkan bagi makmum mundur sedikit, sekira dapat dibedakan mana imam dan makmum. Dan makruh jika makmum sejajar dengan imam.” (Fawakih Ad-Dawani 2/407)
- Mazhab Syafii
السنة أن يقف المأموم الواحد عن يمين الامام رجلا كان أو صبيا قال اصحابنا ويستحب ان يتأخر عن مساواة الامام قليلا
“Sunnah bagi makmum seorang diri berada di sebelah kanan imam, baik dewasa atau anak kecil. Ulama Syafi'iyah menganjurkan mundur sedikit dari imam.” (Al-Majmu', 4/292)