Kampung 'Miliarder' di Sleman yang Berbeda
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bilal Ramadhan
Beberapa mobil baru dipajang di halaman Kalurahan Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, Kamis (25/2). Dealer mobil menjemput bola berjualan mobil di halaman Kalurahan. Hal ini, memanfaatkan momentum pencairan ganti rugi jalan tol Jogja-Solo. | Foto: Wihdan Hidayat / Republika
REPUBLIKA.CO.ID, Istilah 'Kampung Miliarder' belakangan banyak disematkan ke padukuhan-padukuhan yang ada di Sleman. Hal itu karena ada banyak warga mereka yang jadi miliarder usai terima ganti pembebasan lahan proyek pembangunan tol Yogya-Bawen.
Namun, kampung-kampung miliarder yang ada di Sleman berbeda dengan yang biasanya muncul secara mendadak di daerah-daerah lain. Sebab, bisa dibilang tidak begitu banyak warganya yang menggunakan uang pembebasan lahan untuk hal-hal konsumtif.
Hanya ada beberapa warga yang memilih memakai uang pembebasan lahan untuk membeli barang-barang sekunder seperti mobil atau motor. Karenanya, usai uang pembebasan dibayarkan, tetap ada beberapa sales-sales datangi kampung-kampung itu.
Meski begitu, suasananya tidak seperti tempat-tempat yang disebut sebagai kampung miliarder selama ini. Karenanya, setelah beberapa hari, walau banyak diberitakan, tidak banyak terlihat aktivitas kerumunan sales-sales yang mendatangi rumah warga.
Antara lain bisa dilihat di Padukuhan Pundong I, I, III dan IV Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati. Warga masih berkegiatan seperti biasa, dan aktivitas yang cukup banyak terlihat justru pembangunan rumah-rumah baru atau renovasi-renovasi rumah.
Mayoritas uang dipakai untuk membeli tanah dan rumah. Dukuh Pundong III, Pekik Basuki mengatakan, lahan dibebaskan di Pundong I, II, III dan IV ada 145 bidang tanah. Sedangkan, rumah dibebaskan di Pundong II, III dan IV sekitar 48 rumah.
"Ada warga yang mendapat ganti puluhan juta-miliaran rupiah, tapi mayoritas warga mendapat ganti kisaran Rp 1 miliar-Rp 12 miliar," kata Pekik kepada Republika, Rabu (8/9).
Pada awal-awal usai pencairan uang ganti pembebasan lahan memang banyak sales mobil, motor, asuransi dan perbankan yang mendatangi warga Pundong. Namun, mayoritas warga lebih memilih tidak menggunakan uang untuk hal-hal tersebut.
Menurut Pekik, sebagian besar warga sudah cukup memiliki kesadaran untuk melakukan persiapan jika nantinya sudah harus pindah. Karenanya, selain ditabung untuk biaya pendidikan anak-anak mereka, banyak yang lebih memilih membeli tanah atau rumah.
Pekik sendiri salah satu yang terdampak dan dari pembebasan lahan mendapat sekitar Rp 1,1 miliar. Selain itu, ada tanah warisan istri dan kakak iparnya yang mendapat ganti sekitar Rp 9 miliar. Pekik lebih memilih memakai uang untuk membeli tanah.
"Saya kembalikan untuk membeli tanah di sekitar Kampus UMY, rumah di dekat Kampus UII dan membangun rumah di Pundong, untuk membeli mobil belum. Warga yang membeli mobil memang ada, tapi tidak banyak," ujar Pekik.