Mendikbudristek: Kembalikan Ruh Pendidikan Kita
Red: Ratna Puspita
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim | Foto: Kemendikbudristek
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) RI Nadiem Makarim berharap mampu mengembalikan ruh pendidikan yang hilang dengan menyegerakan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah secara bertahap. "Kembalikan ruh pendidikan kita yang bisa dibilang hilang selama pembelajaran jarak jauh (PJJ)," kata Menteri Nadiem seusai meninjau simulasi pembelajaran tatap muka di SD Muhammadiyah Jogokariyan, Yogyakarta, Selasa (14/9).
Ia yakin seluruh permasalahan pendidikan yang muncul selama PJJ dapat diselesaikan, apabila anak-anak telah kembali ke sekolah. "Motivasi anak-anak kita, karakter anak-anak kita harus kembali pada disiplin, pada senang bertemu teman," ujar mantan bos Gojek ini.
Untuk itu, kata dia, Kemendikbudristek sedang berfokus mengembalikan anak-anak ke sekolah secepat mungkin dengan menjamin aspek keamanan bagi siswa. "Fokus utama Kemendikbudristek sekarang adalah untuk anak-anak kembali ke sekolah secepat mungkin, tapi seaman mungkin," katanya.
Satuan pendidikan di Indonesia, menurut dia, harus segera bangkit sebelum learning loss atau hilangnya pembelajaran, persoalan kesehatan mental siswa, serta berbagai dampak sosial negatif berkepanjangan seperti putus sekolah menjadi permanen. "Kemdikbudristek terus berupaya membela hak anak-anak Indonesia untuk kembali ke sekolah agar masa depan mereka lebih cerah," tutur Nadiem.
Ia berharap pemerintah daerah, satgas lokal, komite sekolah bersama para orang tua mampu mendukung PTM dengan memastikan protokol kesehatan diterapkan secara ketat. Seluruh satuan pendidikan juga diminta mampu mengimplementasikan aturan yang tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19.
"Komite sekolah dan orang tua ini perannya luar biasa pentingnya. Mereka harus menjadi satgas di dalam sekolah untuk memastikan disiplin (prokes), karena sekolah bisa ditutup lagi kalau nanti ada klaster," kata dia.
Seiring dimulainya PTM secara bertahap, Nadiem memastikan segera menggelar Asesmen Nasional (AN) dengan protokol kesehatan ketat guna mengukur sejauh mana ketertinggalan pendidikan selama masa PJJ. Jika tidak diselenggarakan pada tahun ini, ia khawatir tidak bisa memetakan kondisi pendidikan, termasuk sekolah-sekolah yang tertinggal dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan.
"Kenapa Asesmen Nasional itu penting, karena kalau kita tidak mengetahui tingkat numerasi dan literasi, yaitu asesmen minimum, kita tidak tahu sampai seberapa ketertinggalan kita di masa PJJ," katanya.