Aktivitas Kegempaan Merapi Masih Tinggi
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bayu Hermawan
Gunung Merapi (ilustrasi) | Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gunung Merapi secara visual umumnya cerah pada pagi dan malam, tapi berkabut pada siang dan sore. Asap berwarna putih, tipis-tebal, tekanan lemah dan tinggi 400 meter teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan.
Selama periode 10-16 September 2021, guguran lava teramati sebanyak 144 kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter. Tidak teramati adanya perubahan morfologi yang signifikan di kubah lava barat daya dan kubah tengah.
Volume kubah lava barat daya 1.550.000 meter kubik dan kubah tengah 2.854.000 meter kubik. Tercatat dua gempa vulkanik dangkal, 303 gempa low frekuensi, 16 gempa fase banyak, 1.559 guguran, 1.277 hembusan, dan satu gempa tektonik.
"Intensitas kegempaan pada pekan ini masih cukup tinggi," kata Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegempaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, Ahad (19/9).
Jarak tunjam EDM di sektor barat laut dari titik tetap BAB ke reflektor RB1 dengan jarak berkisar 4.030,723-4.030,746 meter. Kemudian, dari BAB ke reflektor RB2 dengan jarak kisaran 3.845,338 m hingga 3.845,356 meter.
Baseline GPS Klatakan-Plawangan berkisar dalam jarak 6.164,05-6.164,07 meter. Hanik menekankan, deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS pada pekan ini masih tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
Pekan ini, terjadi hujan di Pos Pengamatan Merapi dengan intensitas curah hujan 46 milimeter per jam selama 155 menit di Pos Kaliurang 11 September 2021. Tidak dilaporkan lahar dan penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Merapi.
"Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental, disimpulkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat siaga," ujar Hanik.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal tiga kilometer ke arah sungai Woro dan sejauh lima kilometer ke sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Putih.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif menjangkau radius tiga kilometer dari puncak. Karenanya, Pemkab Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten bisa melakukan upaya-upaya mitigasi hadapi ancaman bahaya erupsi.
Masyarakat diminta tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Lalu, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi.
Penambangan di alur sungai yang berhulu di Merapi dalam KRB III direkomendasi untuk dihentikan. Pelaku wisata masih direkomendasi tidak melakukan kegiatan di daerah potensi bahaya dan bukaan kawah sejauh lima kilometer dari puncak.
"Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," kata Hanik.