Mahasiswa UNY Gagas Trem untuk DIY
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Kemacetan kendaraan yang memasuki kawasan Malioboro, Yogyakarta. ilustrasi | Foto: Wihdan Hidayat / Republika
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merancang alat transportasi umum ramah lingkungan yang disebut Sky Trem. Mereka adalah Cecep Wahyu Cahyana (Teknologi Informasi), Reyhan Aditya Adam (Teknik Mekatronika) dan Prawesti Eka Listyaningrum (Akuntansi). Cecep mengatakan, Sky Trem bertenaga listrik dalam operasionalnya, sehingga lebih ramah lingkungan.
"Sky Trem ini diharapkan akan mampu mengurai kemacetan di Yogyakarta karena akan memiliki jalur sendiri yang ada di atas jalan-jalan utama Yogyakarta dan memanfaatkan lahan kosong di atas Selokan Mataram," kata Cecep, Senin (20/9).
Sky Trem menerapkan Internet of Things (IoT) dalam operasionalnya dan akan
terintegrasi dengan moda transportasi lain seperti Trans Jogja. Sky Trem turut dirancang untuk mampu digunakan sebagai daya tarik wisata untuk jelajah DIY.
Reyhan menerangkan, trem dirancang berornamen batik kawung dan Tugu Yogyakarta sebagai hiasan dan menerapkan warna hijau kuning khas Kraton Yogyakarta. Trem yang didesain dengan dua gerbong ini menerapkan transportasi tanpa awak.
"Dengan ketepatan waktu hingga 99 persen," ujar Reyhan.
Sky Trem dilengkapi dua sensor. Sensor pertama membuat trem berhenti otomatis saat sampai stasiun dengan memberi sinyal dari jarak 100 meter sebelum stasiun. Sensor kedua di pintu gerbong trem untuk mobilitas buka tutup pintu gerbong.
Jarak stasiun sekitar satu kilometer. Kecepatan transportasi ini berkisar 40-60 kilometer per jam. Prawesti menjelaskan, Sky Trem dilengkapi aplikasi untuk melihat jadwal keberangkatan dan kedatangan, pembelian dan pembayaran tiket.
Pembayaran tiket dapat dilakukan dengan cara transfer, e-money, berlangganan, dan tunai. Aplikasi miliki fitur untuk kritik dan saran. Sky Trem diharapkan mampu mengatasi kemacetan dan polusi udara, serta mendukung smart city DIY.
"Juga menjawab tujuan agenda pembangunan berkelanjutan nomor 11 yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan," kata Prawesti.
Seperti diketahui, DIY merupakan salah satu kota terpopuler di Indonesia dengan banyak julukan seperti Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Pariwisata. DIY dipenuhi pendatang baru baik untuk berwisata atau menetap untuk belajar atau bekerja.