Antisipasi Klaster Sekolah, Pemkot Solo Gelar Swab Acak
Rep: Binti Sholikah/ Red: Andi Nur Aminah
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka (kanan) meninjau pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Pagelaran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Jawa Tengah, Senin (20/7/2021). Vaksinasi digelar dalam rangka membantu pemerintah dalam penanganan COVID-19 dan mencapai kekebalan komunal masyarakat dengan menargetkan 15.000 penerima vaksin dari masyarakat umum dan abdi dalem keraton setempat. | Foto: Antara/Maulana Surya
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mengantisipasi munculnya klaster penyebaran Covid-19 di sekolah dengan melakukan swab secara acak di sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka (PTM). Dari sejumlah sekolah yang sudah dilakukan tes swab acak, hasilnya negatif semua.
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengatakan, Pemkot telah mengantisipasi sejak awal agar pelaksanaan PTM tidak menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19. Pemkot telah memulai menggelar tes swab acak (random testing) ke beberapa sekolah.
"Alhamdulillah kemarin negatif semua. Tenang saja, kami selalu melakukan testing, jadi kami pastikan tidak ada klaster-klaster sekolah," kata Gibran kepada wartawan, Kamis (23/9).
Swab acak dilakukan secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada sekolah yang disasar. Gibran menyebut, swab acak akan rutin dilakukan untuk mengantisipasi munculnya klaster sekolah. "Harus rutin. Selain di sekolah kan kami juga melakukan di tempat-tempat lain," imbuhnya.
Jika nantinya ada murid atau guru yang positif, maka sekolah tersebut akan langsung ditutup sementara. Sedangkan sekolah masih bisa menggelar PTM. Gibran menekankan, pandemi Covid-19 belum selesai, sehingga Pemkot harus selalu siap dengan segala kemungkinan.
Dia juga meyakinkan tes swab PCR maupun swab antigen itu untuk kebaikan bersama. Untuk mengetahui orang positif atau negatif Covid-19 harus dilakukan swab. Meskipun jumlah kasus penyebaran Covid-19 sudah turun, tetapi jumlah testing tidak boleh dikurangi.
"Pokoknya guru-guru, staf-staf, murid-murid tetap jaga protokol kesehatan dan PTM jalan terus. PTM itu harus jalan terus, tidak bisa karena ada beberapa klaster di kota lain terus kita ikut tutup. Pendidikan nomor satu," ujarnya.