Warga Papua Menari Bersama di Arena Sepatu Roda
Atlet sepatu roda putri DKI Jakarta Naura Rahmadija (kanan) melakukan selebrasi setelah menjadi yang tercepat pada nomor Marathon 42.000 meter putri PON Papua di Jembatan Youtefa, Kota Jayapura, Papua, Jumat (1/10/2021).
Foto: ANTARA/Fauzan
REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Tarian Aster yang dibawakan sejumlah pelaku seni dari sanggar Irupnawa Jayapura, menutup pelaksanaan cabang olahraga sepatu roda Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua. Cabor sepatu roda telah berlangsung sejak 27 September hingga 3 Oktober.
Tarian dari para penari itu membuat suasana di sekitar Jembatan Merah Youtefa menjadi semakin meriah. Satu ruas jalan di jembatan Youtefa ditutup untuk pelaksanaan pertandingan sepatu roda, sehingga masyarakat tumpah ruah mengisi jalanan yang diblokade untuk kendaraan tersebut.
Tak hanya itu, seperti dikutip dari Antara, antusiasme masyarakat dalam meramaikan pertandingan sepatu roda terlihat saat mereka berbondong-bondong berjalan kaki dari lokasi pertandingan ke lokasi penyerahan medali seusai perlombaan berakhir. Jarak antara titik penyelenggaraan dengan lokasi upacara pengalungan medali mencapai lebih dari satu kilometer.
Kondisi itu tak menyurutkan mereka untuk terlibat dalam pesta pora olahraga. Saat menunggu penghitungan resmi pertandingan terakhir sepatu roda nomor Team Time Trial (TTT) 10.000 meter putra/putri, para penari menghangatkan suasana lewat tarian Aster.
Alunan musik yang keluar melalui pengeras suara, mengajak penonton untuk ikut menari. Baik anak kecil, muda-mudi, hingga orang tua, turun ke jalan untuk menari bersama.
Ketua Umum Persatuan Sepatu Roda Indonesia (Perserosi), Velix Wanggai, mengaku tidak menduga antusiasme masyarakat dalam memeriahkan perlombaan sepatu roda. Padahal, kata dia, cabang sepatu roda bukan olahraga populer di Papua.
Berbeda jika dibandingkan dengan sepak bola yang menjadi olahraga favorit masyarakat Papua. "Ini membuktikan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk memomulerkan olahraga sepatu roda di Papua," kata dia.
Ia percaya ketika masyarakat sudah tertarik dan didukung dengan infratruktur yang memadai, bukan tidak mungkin suatu hari muncul atlet-atlet sepatu roda Papua yang bisa mengharumkan nama bangsa. "Semoga menjadi titik awal dimulainya pencarian bakat dan pembinaan atlet-atlet sepatu roda di Papua," katanya.
Komentar