Sosiolog: Orang Miskin Bukan karena Malas

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus Yulianto

 Prof. Dr. Bagong Suyanto
Prof. Dr. Bagong Suyanto | Foto: Tangkapan layar youtube

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sosiolog Universitas Airlangga (Unair) Bagong Suyanto berpendapat, kemiskinan dan sifat malas tidak memiliki keterkaitan. Pernyataan tersebut sekaligus membantah pendapat bahwa orang jatuh miskin disebabkan sifat malas yang dimilikinya. 

Menurutnya, kemiskinan lebih didorong faktor-faktor yang sifatnya struktural daripada kultural. “Kita terbiasa menghakimi orang yang miskin sebagai orang yang malas atau tidak mau bekerja keras. Padahal, jika kita lihat pengemis di pinggir jalan, panas-panas, pakai pakaian badut menari-nari. Itu kan pekerjaan yang berat sebetulnya,” tutur Guru Besar FISIP Unair tersebut, Selasa (26/10).

 

photo

Jumlah penduduk miskin kota yang mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen atau 1,12 juta orang per Maret 2021. (Ilustrasi) (Republika/Thoudy Badai)

 

Jika dibandingkan, kata Bagong, pekerjaan di sektor informal bahkan lebih keras dari pada pekerjaan kelas menengah. Namun, karena ketidakmampuan pendidikan ditambah minimnya akses jaringan, memaksa kaum miskin untuk bertahan.

Mengutip sebuah penelitian yang dilakukan di Indonesia pada 2019 mengungkap, anak-anak dari keluarga miskin, ketika dewasa akan tetap miskin. Hal itu, kata Bagong, menunjukkan mata rantai kemiskinan memang sulit diputus.

“Karena keluarga miskin tidak memiliki modal ekonomi yang cukup dan tidak sekolah dengan baik, ujung-ujungnya dia kembali miskin. Peluang mereka untuk naik kelas tidak bisa ditembus karena tidak punya modal sosial dan ekonomi yang cukup,” kata Bagong.

Dekan FISIP Unair itu juga menyampaikan, selain faktor struktural yang tidak ramah, kebijakan pemerintah bersifat meritokratis. Dimana belum berpihak untuk melindungi si miskin.  

Berbeda dengan yang terjadi di Kota Bontang. Pemda melarang waralaba seperti Indomaret dan Alfamart masuk. Hasilnya, usaha-usah kecil dari masyarakat setempat tumbuh.

“Kebijakan meritokratis itu intinya orang miskin diberi bantuan, soal bagaimana mereka bertahan hidup menghadapai struktur yang kompetitif terserah pada semangatnya orang miskin,” katanya.

 

Terkait


Haram Mengundang Walimah Hanya Orang Kaya

ADB: 122 Juta Orang Terancam Miskin Akibat Perubahan Iklim

Riba, Wajah Ketidakadilan dan Eksploitasi Si Miskin

Saleh Tapi Kok Miskin?

UNDP Sarankan Orang Miskin Diberikan Penghasilan Dasar

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark