Senin 29 Nov 2021 15:13 WIB

Yunani Minta Jemaat yang ke Gereja Negatif Covid-19

Yunani berlakukan pembatasan baru yang wajibkan jemaat gereja negatif Covid-19

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Yunani berlakukan pembatasan baru yang wajibkan jemaat gereja negatif Covid-19. Ilustrasi.
Foto: Reuters
Yunani berlakukan pembatasan baru yang wajibkan jemaat gereja negatif Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA - Yunani memberlakukan pembatasan baru yang mewajibkan jemaat gereja untuk menunjukkan tes negatif Covid-19 untuk menghadiri kebaktian pada Ahad (28/11). Kebijakan ini diterapkan menyusul lonjakan infeksi dalam beberapa pekan terakhir.

Berdasarkan aturan baru yang diumumkan pada tanggal 18 November, orang yang tidak divaksin dilarang masuk ke tempat dalam ruangan, termasuk restoran, bioskop, museum, dan pusat kebugaran, bahkan jika mereka dinyatakan negatif virus corona. Terkait dengan gereja, Ahad adalah hari pertama bahwa mereka yang menghadiri kebaktian harus menunjukkan tes negatif.

Baca Juga

"(Ini) untuk melindungi diri kita sendiri dan orang-orang," kata Pastor Christos, seorang imam di Gereja Ayios Spiridon di kota Piraeus. 

"Mungkin agak sulit. Akan tetapi, kami pantang mundur. Kami wajib mematuhi semuanya," imbuhnya.

Beberapa pengunjung gereja menyebutkan lebih sedikit orang daripada biasanya yang menghadiri kebaktian karena persyaratan jemaat yang tidak divaksin membayar untuk tes mereka, biaya yang dapat menambah beban bagi mereka yang memiliki keluarga. Akan tetapi, dari empat gereja yang dikunjungi Reuters pada Ahad, hanya satu sukarelawan yang melakukan pemeriksaan. Hal itu dilakukan oleh umat paroki yang tidak dikenal jemaat.

Yunani telah mencatat lonjakan infeksi pada bulan ini dengan kasus harian mencapai rekor tertinggi. Pada Sabtu, negara itu telah mencatat 920.683 infeksi dan 17.861 kematian sejak awal wabah.

"Saya tidak suka aturan baru ini. Akan tetapi, apa yang bisa kami lakukan? Gereja kosong hari ini. Jelas orang tidak dapat menanggung biayanya, datang ke sini bersama anak-anak mereka, berapa banyak uang yang harus mereka keluarkan?" kata seorang wanita yang disapa Athina.

Chrysoula Bezentakou percaya orang-orang takut. "Orang-orang tidak mau melakukan tes cepat atau vaksinasi. Saya pikir itu masalah psikologis," tuturnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement