Sumbang 60 Persen PDRB, UKM Tulang Punggung Ekonomi Jatim
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Pengunjung memilih kain batik di salah satu stan di pameran K-UKM Expo di Grand City Mall, Surabaya, Jawa Timur. K-UKM Expo yang memamerkan berbagai produk unggulan Jawa Timur itu berlangsung sampai 19 September 2021. | Foto: ANTARA/Didik Suhartono
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Timur, Arumi Bachsin mengatakan, UKM merupakan tulang punggung perekonomian di wilayah setempat. Ia menjelaskan, Jatim memiliki 9,7 juta unit UKM yang 90 persen di antaranya digerakkan oleh wanita.
UKM kata dia, menyumbang sekitar 60 persen pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim. "Kalau UKM Jatim goyah, perekonomian provinsi juga pasti goyah. Karena UKM ini berpengaruh besar pada skala mikro maupun makro kami," ujarnya di Surabaya, Kamis (2/12).
Maka dari itu, lanjut Arumi, Jatim senantiasa mengupayakan peningkatan mutu dan kuantitas UKM di Jatim. Di mana banyak program yang telah dijalankan untuk meningkatkan mutu produk UKM Jatim. Dekranasda, kata dia, punya program Klinik UKM yang juga didukung pemerintah provinsi.
"Ini adalah salah satu program yang gencar kami jalankan sekarang. Di mana kita berusaha untuk one stop service untuk para pengusaha baik yang pemula maupun yang masih butuh bimbingan," kata dia.
Ia menjelaskan, dalam program Klinik UKM, akan ada pengarahan dan bimbingan terkait apa yang harus dipenuhi oleh pelaku UKM. Di sana, terdapat perwakilan dari berbagai dinas dan instansi, sehingga dari izin dan lainnya cukup di satu tempat saja.
"Ditambah fasilitas ini 100 persen gratis. Ini cukup berhasil untuk menstimulasi para penguasa untuk bertahan ataupun membuka bisnis yang baru," ujarnya.
Meski begitu, Arumi mengakui, sebagai provinsi terbesar kedua di Indonesia, Jatim memiliki tantangan tersendiri dalam manajemen UKM. Tantangan yang dimaksud adalah jumlah UKM yang sangat banyak.
Karena, kata dia, semakin banyak UKM, semakin banyak pula yang harus diatur, dan semakin sulit menyatukan pendapat. "Tapi meskipun begitu, kami selalu berusaha mengambil hikmah sebab SDM yang banyak bisa dijadikan jalan untuk memajukan perekonomian," jelas dia.