REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyaluran pembiayaan BPRS diperkirakan akan lebih bergairan pada 2022. Pemulihan ekonomi dan perbaikan kinerja sektor ekonomi yang terus berlanjut dinilai akan lebih mendorong penyaluran pembiayaan di tahun depan.
"Perbaikan kinerja sektor ekonomi yang terlihat pada kuartal III 2021, diharapkan bank-bank akan lebih terdorong menyalurkan pembiayaan sehingga pertumbuhan pembiayaan dapat membaik pada 2022," kata Direktur Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah OJK, Nyimas Rohmah, Jumat (3/12).
Menurut Nyimas, ketidakpastian kondisi ekonomi akibat pandemi Covid-19 telah menyebabkan bank semakin berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaannya. Hal tersebut terjadi sejak September 2020, dimana pertumbuhan pembiayaan menurun hingga berada di bawah pertumbuhan aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Namun pada 2021, ekonomi Indonesia mulai menunjukkan perbaikan. Secara umum, menurut Nyimas, stabilitas industri perbankan syariah masih dapat terjaga dengan baik. Per September 2021 jumlah aset perbankan syariah telah mencapai Rp646,21 triliun, tumbuh positif sebesar 12,22 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hal yang sama juga terjadi pada pertumbuhan DPK dan pembiayaan yang juga tumbuh positif masing-masing 9,40 persen dan 7,45 persen. Adapun pangsa pasar perbankan syariah mencapai 6,52 persen per September 2021 yang didukung oleh 12 Bank Umum Syariah (BUS), 20 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 165 BPRS.
Sekain itu, dari sisi jumlah rekening juga mengalami peningkatan. Hingga akhir September 2021, jumlah rekening pembiayaan tercatat sebanyak 6 juta rekening dan DPK sebanyak 49 juta rekening.
Khusus di industri BPRS, Nyimas menjelaskan, total aset per September 2021 telah mencapai Rp16 triliun dengan jumlah DPK mencapai Rp11 triliun dan pembiayaan yang diberikan sebesar Rp11,45 triliun. Kemudian jumlah rekening juga mengalami peningkatan, dengan rekening DPK tercatat sebanyak 2 juta rekening dan pembiayaan 0,36 juta rekening.
Sementara itu, pangsa pasar BPRS tercatat lebih tinggi dibandingkan pangsa pasar industri perbankan syariah yaitu mencapai 8,98 persen. Nyimas mengatakan pertumbuhan industri BPRS memang jauh lebih tinggi dibandingkan industri perbankan syariah nasional dimana pertumbuhan asetnya mencapai 14,37 persen, pertumbuhan DPK 18,25 persen dan pembiayaan mencapai 8,03 persen.
"Mudah-mudahan ke depannya tren pertumbuhan ini bisa tetap dipertahankan dan ditingkatkan," tutur Nyimas.