'Setop Stigma dan Diskriminasi terhadap ODHA'
Rep: My38/ Red: Fernan Rahadi
Acara World AIDS Day Campaign di Tugu Pal Putih, Yogyakarta, Rabu (1/12). | Foto: Dinnatul Lailiyah
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penderita HIV/AIDS di Yogyakarta saat ini tergolong tertinggi setelah Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Namun, kesadaran masyarakat terhadap penolakan stigma dan diskriminasi pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan Anak dengan HIV/AIDS (ADHA) dianggap masih sangat kurang.
"Tujuan kami adalah mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS itu sendiri. Padahal orang dengan HIV/AIDS membutuhkan dorongan kita, perhatian kita, dan rangkulan kita agar tetap hidup. Sebab, kita memiliki hak yang sama untuk hidup di dunia ini," ujar Millenial Influencer, Daniel Cahya Saputra, pada acara World AIDS Day Campaign di Tugu Pal Putih, Yogyakarta, Rabu (1/12).
Hal tersebut dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman masyarakat terhadap sistem penularan HIV/AIDS. Sehingga Daniel menganggap bahwa peringatan hari AIDS ini perlu untuk diperingati agar dapat mengedukasi masyarakat.
"Masyarakat selalu mendiskriminasi bahwa HIV/AIDS itu adalab penyakit yang mudah menular, padahal penularannya tidak semudah itu. Oleh karena itu, tujuan kami adalah mengedukasi lagi kepada masyarakat lebih detail lebih spesifik mengenai HIV/AIDS," ujar Daniel.
Edukasi dalam kampanye tersebut dilakukan melalui pembagian brosur dan stiker tolak stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dan ADHA kepada para pengguna jalan. Selain itu, peningkatan kasus ODHA di Yogya ini dikarenakan kurangnya edukasi terhadap bahaya pergaulan bebas, edukasi kesehatan, juga edukasi terkait virus HIV/AIDS itu.
"Yang harus dilakukan adalah membangun positive mindset dan kita harus menjauhi pergaulan bebas, seks bebas, dan narkoba. Kita harus benar-benar dalam gaya hidup sehat," tuturnya.