Jumat 17 Dec 2021 21:18 WIB

Riset Temukan Tiga Vaksin yang Lemah pada Varian Omicron

Vaksin Sinopharm, J&J, dan Sputnik Lemah Pada Varian Omicron

Rep: Lintar Satria/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penelitian terbaru menemukan vaksin Covid-19 Sinopharm dari Cina, Johnson & Johnson dari Amerika Serikat (AS) dan Sputnik dari Rusia lemah pada varian Omicron. Penelitian menemukan tiga vaksin itu hanya sedikit atau tidak memproduksi antibodi untuk melawan varian tersebut.

Dikutip dari Bloomberg, Jumat (17/12) peneliti-peneliti University of Washington dan perusahaan farmasi Swiss Humabs Biomed SA menganalisis enam vaksin virus korona dan varian yang paling banyak bermutasi. Hanya tiga dari 13 orang yang menerima dosis vaksin Sinopharm memproduksi antibodi yang menetralkan Omicron.  

Sementara hanya satu dari 12 orang yang menerima dosis vaksin Johnson & Johnoson. Tidak ada satu pun dari 11 orang yang disuntik Sputnik yang memproduksi antibodi untuk melawa Omicron. Penelitian itu belum dicetak dan ditinjau oleh peneliti lain atau peer-review.

Penelitian tersebut menemukan proteksi antibodi paling melemah terjadi pada orang yang belum pernah terinfeksi sebelumnya dan dua menerima dosis vaksin mRNA Pfizer. Tingkat antibodi pada orang yang yang menerima dua dosis vaksin Pfizer dan pernah terinfeksi hanya turun lima kali lipat jauh sementara orang tapi tidak pernah terinfeksi Covid-19 turun 44 kali lipat.

Penelitian ini menunjukkan vaksin-vaksin yang paling banyak digunakan hanya memberikan perlindungan parsial melawan Omicron. Hasil penelitian ini dapat membuat pemerintah di seluruh dunia cemas dalam memperketat perbatasan dan mempercepat program vaksinasi tambahan.

Sementara beberapa negara mengalami lonjakan kasus infeksi di tengah proses pemulihan ekonomi pandemi Covid-19. Varian Omicron lebih cepat menular dibandingkan Delta yang mematikan, varian ini sudah terdeteksi di 77 negara termasuk Indonesia.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement