Sejarah Kuliner Kimchi yang Perlu Diketahui
Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Kimchi (ilustrasi) | Foto: en.wikipedia.org
REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan memiliki banyak kuliner khas yang diminati oleh para penggemarnya di dunia. Sebut saja kimchi, kimbab, tteokbokki, ramyeon, bulgogi, sundubu jjigae dan sebagainya. Kuliner-kuliner tersebut sudah banyak dijual di berbagai negara termasuk Indonesia.
Dari berbagai kuliner Korea Selatan, Republika.co.id mencoba menelisik sekilas asal-usul makanan kimchi. Dai Ja Jang dkk dalam jurnal "Discussion on the Origin of Kimchi, Representative of Korean Unique Fermented Vegetables" menyebutkan, kimchi termasuk makanan khas Korea Selatan.
Kuliner ini terbuat dari bahan utama sawi putih lalu dicampur dengan bumbu-bumbu tradisional Korea Selatan lainnya. Dai Ja Jang dkk mengungkapkan, kimchi ditemukan sekitar 4.000 tahun lalu berdasarkan catatan sejarah.
Hal ini berdasarkan fakta yang ditemukan di tiga negara bagian. Negara-negara tersebut sudah mempunyai kebiasaan membudidayakan cabai merah. Ditambah lagi, terdapat studi yang menunjukkan adanya kebiasaan menyobek kimchi saat makan.
“Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa kimchi sawi putih telah ada ratusan atau ribuan tahun yang lalu,” kata Dai Ja Jang dkk dalam penelitiannya.
Cabai merah merupakan bahan penting dalam proses pembuatan kimchi. Bahan ini bisa membantu menghalangi pertumbuhan mikroorganisme berbahaya. Bahkan, mampu membantu bakteri baik seperti bakteri asam laktat untuk tumbuh di makanan.
Dengan kata lain, nenek moyang Korea Selatan sudah menemukan fakta bahwa cabai merah bisa menciptakan proses fermentasi dan mencegah pembusukan. Dai Ja Jang mengungkapkan terdapat beberapa informasi salah yang berkembang mengenai asal muasal kimchi.
Salah satu infomasi yang salah, yakni anggapan cabai merah diperkenalkan ke Korea Selatan selama masa invasi Jepang pada 1592. Kemudian kimchi Korea memiliki asal yang sama dengan paochai di Cina dan tsukemono di Jepang.
Menurut para peneliti, wacana semacam itu tidak memiliki dasar faktual. Informasi itu dibuat untuk mempertahankan kesan palsu bahwa cabai merah tidak ada di Korea sampai invasi Jepang ke Korea.
“Meskipun beberapa orang telah membuat banyak wacana, (kami memastikan) tidak ada satupun yang benar,” kata peneliti menegaskan.