Selasa 21 Dec 2021 19:24 WIB

AS Umumkan Kematian Pertama Akibat Omicron, Korban tidak Divaksinasi

Warga AS yang tidak divaksinasi menjadi korban meninggal pertama infeksi omicron.

Ilustrasi varian omicron dari virus penyebab Covid-19. Seorang warga Harris County, Texas, Amerika Serikat yang tidak divaksinasi menjadi korban meninggal pertama kasus omicron.
Foto: Pixabay
Ilustrasi varian omicron dari virus penyebab Covid-19. Seorang warga Harris County, Texas, Amerika Serikat yang tidak divaksinasi menjadi korban meninggal pertama kasus omicron.

REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Seorang pria yang tidak divaksinasi diyakini menjadi kasus kematian pertama yang disebabkan oleh varian omicron di Amerika Serikat. Media setempat memberitakannya pada Senin (20/12).

"Sedih untuk melaporkan kematian lokal pertama akibat virus corona varian omicron. Seorang pria berusia 50-an dari bagian timur Harris County yang tidak divaksin," kata hakim setempat Lina Hidalgo di Twitter.

Baca Juga

Korban memiliki penyakit bawaan, menurut Hidalgo. Laporan ABC News dan Fox News menyebutkan bahwa kasus di Harris County, Texas ini diyakini sebagai kematian pertama penderita infeksi omicron di AS. Varian omicron menyumbang 73,2 persen kasus baru di seluruh negeri selama sepekan hingga 18 Desember, demikian informasi Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), Senin.

Di Inggris, sebanyak 44 orang sudah menjadi korban meninggal akibat infeksi omicron dalam 28 hari setelah tes positif Covid-19. Kasus harian Covid-19 akibat omicron di seluruh Inggris telah melampaui 45 ribu per Senin (20/12) waktu setempat.

Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mencatat jumlah total kasus omicron sejak terdeteksi pada November di Inggris kini adalah 45.145. Sementara 91.743 kasus baru Covid-19 tercatat dalam 24 jam terkahir. Ini adalah angka harian tertinggi kedua sejak awal pandemi.   

"Dari angka baru kasus Covid-19, sebanyak 8.044 dites positif omicron," kata UKHSA dikutip laman Anadolu Agency, Selasa.

Sementara itu, Ketua Federasi Rumah Sakit Jerman, Gerald Gass, mengatakan varian omicron yang menyebar dengan cepat dapat melumpuhkan sistem kesehatan yang sudah kewalahan di Jerman. Gass mengatakan, rumah sakit akan terdesak mencapai batas kapasitas rawat maksimal jika kasus omicron menjadi lebih agresif dalam beberapa pekan mendatang.

"Studi menunjukkan varian omicron lebih menular daripada varian delta, dan perlindungan vaksin lebih rendah tanpa suntikan booster. Jika perkiraan itu benar, dalam skenario terburuk, kita akan memiliki sejumlah besar pasien yang sakit parah," ujar Gass, dilansir Anadolu Agency, Selasa (21/12).

sumber : Antara, Xinhua
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement