Muhammadiyah Ikut Sukseskan Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Talkshow Republika bertema Peran Organisasi Masyarakat dalam Menyukseskan Vaksinasi Anak yang digelar secara daring bekerja sama dengan Satgas Penanganan Covid-19 BNPB, Senin (27/12). | Foto: Tangkapan layar Zoom
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun sudah mulai dilakukan di Indonesia. Muhammadiyah melalui Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) pun turut berkontribusi dalam menyukseskan program vaksinasi anak ini.
Koordinator Divisi Diseminasi Informasi dan Komunikasi MCCC, Budi Santoso mengatakan, anak tidak hanya berisiko besar terpapar Covid-19. Namun, anak juga memiliki risiko menularkan Covid-19 kepada golongan usia lain dan kepada kelompok rentan lainnya seperti lansia dan ibu hamil.
Melihat risiko ini, vaksinasi anak sangat penting untuk dilakukan. Terlebih, saat ini juga sudah ditemukan penyebaran varian baru Covid-19 yakni Omicron di Indonesia.
Hal ini juga yang melatarbelakangi Republika untuk menggelar talkshow bertemakan 'Peran Organisasi Masyarakat dalam Menyukseskan Vaksinasi Anak'. Talkshow ini digelar secara daring bekerja sama dengan Satgas Penanganan Covid-19 BNPB, Senin (27/12).
"Kasus (Covid-19 dengan) risiko berat itu disebabkan karena yang bersangkutan belum divaksinasi. Tujuan vaksinasi mengurangi risiko dampak dari terinfeksinya Covid-19 bagi seseorang. Anak harus segera divaksin karena anak ini berada pada situasi yang selalu berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya," kata Budi, Senin (27/12).
Selain itu, urgensi anak untuk mendapatkan vaksinasi juga didasari karena saat ini pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas tengah berlangsung. Tentunya, vaksinasi pada anak akan mengurangi risiko anak terpapar Covid-19 dengan kondisi berat.
Terlebih, kata Budi, kematian pada anak akibat Covid-19 juga cukup tinggi di Indonesia. Terutama pada bulan Juni hingga Agustus 2021 lalu, dimana saat itu terjadi peningkatan kasus Covid-19 dan kematian yang sangat signifikan di Indonesia.
"Ketika PTM dibuka dengan segala keterbukaan situasi, kondisi dan lingkungan, anak sudah memiliki kekebalan agar tidak terdampak berat. Dengan latar belakang ini anak harus segera divaksin," ujar Budi.
Dalam menyukseskan vaksinasi pada anak, pihaknya pun sudah menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di persyarikatan Muhammadiyah. Setidaknya, lebih dari 80 rumah sakit Muhammadiyah maupun 'Aisyiyah di seluruh Indonesia yang terlibat dalam upaya pencegahan dan penanganan Covid-19, termasuk dalam melaksanakan vaksinasi.
Selain itu, kata Budi, perguruan tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah juga digerakkan untuk terjun langsung dalam upaya vaksinasi ini. Terutama perguruan tinggi yang memiliki fakultas kesehatan.
"Teman-teman (tenaga kesehatan dan relawan kesehatan di perguruan tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah) juga diminta untuk jadi tenaga vaksinasi oleh pemerintah," jelas Budi.
Tidak hanya itu, seluruh pimpinan Muhammadiyah dan 'Aisyiyah di tingkat wilayah juga aktif dalam menyelenggarakan vaksinasi. Saat ini, seluruh MCCC yang sudah dibentuk di berbagai wilayah di Indonesia ikut berpartisipasi dalam menyukseskan program vaksinasi, termasuk vaksinasi anak.
Budi mencontohkan, salah satunya pelaksanaan vaksinasi lintas agama yang dilakukan di Nusa Tenggara Timur (NTT). Pelaksanaan vaksinasi yang dilakukan oleh Muhammadiyah di NTT ini bekerja sama dengan organisasi keagamaan lainnya.
"Di NTT ada gerakan vaksinasi lintas agama yang bermitra dengan teman-teman dari agama lain untuk kita lakukan vaksinasi. Hampir beberapa bulan ini vaksinasi dilakukan secara masif di beberapa gereja di NTT," katanya.
Budi menjelaskan, secara keseluruhan Muhammadiyah sudah melakukan vaksinasi terhadap hampir 500 ribu orang di Indonesia. Terkait dengan vaksinasi anak, Muhammadiyah juga hadir dan sudah terdata lebih dari satu juta anak kategori usia sekolah di Muhammadiyah.
"Muhammadiyah perlu hadir secara maksimal karena Muhammadiyah memiliki lebih dari satu juta siswa di kategori usia anak dan lebih dari 300 ribu anak di usia 6-11 tahun. Muhammadiyah perlu hadir dan memaksimalkan perannya untuk pencegahan dan mengurangi risiko anak terpapar Covid-19," kata Budi.