REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Pakistan dan India saling berlomba untuk memperkuat alat pertahanan negara. Belum lama ini, kedua negara telah bersaing dalam membeli pesawat jet tempur.
Pakistan dan India telah terlibat dalam berbagai perselisihan, terutama tentang status Kashmir, sejak kedua negara memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1947. Keduanya telah berperang empat kali yang menelan puluhan ribu nyawa. Pertempuran di perbatasan yang terjadi secara berkala menciptakan ketegangan politik bagi kedua negara.
Seorang analis pertahanan dan Direktur Jenderal lembaga think tank Pakistan House, Muhammad Athar Javed, mengatakan ketegangan yang berkelanjutan telah mendorong Pakistan untuk membeli jet tempur J-10C buatan China. Javed mengatakan sumbernya di pemerintah Pakistan mengkonfirmasi pengadaan pesawat tempur tersebut.
Pada Juli, Kementerian Pertahanan India mengumumkan pembelian 36 jet tempur Rafale dari Prancis. Sementara, Pakistan juga membeli 36 pesawat tempur dari China.
“Pesawat F-16 Pakistan sudah menua dan JF-17 Thunder Pakistan sedang dalam pembuatan. Kami sebenarnya perlu membuat pencegah untuk menghadapi pembelian Dassault Rafale oleh India,” kata Javed dilansir TRT World, Jumat (31/12).
Menurut Javed, Islamabad ingin memastikan pembelian jet China mereka dapat bersaing dalam kondisi yang hampir satu level dengan India. Javed menyebut angkatan udara Pakistan adalah salah satu angkatan udara terbaik di dunia.
"Angkatan udara Pakistan adalah angkatan udara profesional, meskipun sumber daya terbatas, mereka telah tampil cemerlang melawan Angkatan Udara India. Konflik Februari membuktikan hal itu. Meskipun demikian, sumber daya manusia dan pelatihan papan atas membutuhkan platform yang canggih,” papar Javed.
Meskipun tidak ada konfirmasi resmi dari Islamabad, seorang analis militer Pakistan, Ejaz Haider, mengatakan pembelian telah dilakukan dan gelombang pertama akan dikirim pada 23 Maret mendatang.
"Ancaman utama terhadap Pakistan datang dari India, yang mengakibatkan perang dan konflik, dan mengingatkan kita bahwa eskalasi terbaru terjadi pada Februari 2019 ketika India menyerang Pakistan," kata Haider.