REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Entitas gabungan Gojek dan Tokopedia alias GoTo dikabarkan akan menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada tahun ini. GoTo akan menyusul raksasa teknologi lainnya, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), yang telah lebih dulu melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Saat IPO, BUKA mampu menghimpun dana hingga Rp 21,9 triliun dengan melepas 25,7 miliar lembar saham di harga Rp 850. Meski demikian, sampai saat ini pergerakan saham BUKA cenderung menurun. Bahkan harga saham BUKA telah terkoreksi lebih 50 persen dari harga IPO.
Berkaca dari kondisi tersebut, Pengamat Pasar Modal sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menilai nasib GoTo tidak akan jauh berbeda dari BUKA bahkan bisa lebih buruk. Menurutnya, IPO GoTo akan sulit diserap oleh publik jika dipaksakan digelar dalam waktu dekat.
Teguh melihat, saat ini kondisi pasar masih belum siap untuk menyerap IPO super apps tersebut. "Kalau dipaksakan sekarang mungkin tidak laku, tidak ada yang mau, karena pasarnya juga lagi tidak bagus," kata Teguh kepada Republika, Kamis (20/1).
Teguh mengatakan, kondisi pasar yang tidak menentu ini tidak hanya berdampak bagi perusahaan teknologi seperti BUKA dan GoTo. Sektor lain pun turut merasakan dampaknya. Sebabnya, menurut Teguh, pasar masih trauma dengan kebijakan pengetatan mobilitas yang merupakan respons atas penyebaran Covid-19.
Teguh menjelaskan tingkat penyerapan IPO GoTo sangat tergatung dengan perkembangan pasar. Jika kondisinya sudah lebih baik, ia memperkirakan IPO GoTo bisa terserap optimal. Menurut Teguh, situasi pasar yang belum membaik ini juga yang menyebabkan masih belum adanya kepastian mengenai jadwal IPO GoTo.
Selain kondisi pasar, Teguh mengatakan, kinerja keuangan juga menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh calon investor. Kondisi keuangan GoTo yang masih merugi berpotensi membuat penyerapan IPO GoTo menjadi sangat rendah. Teguh melihat GoTo masih membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mencetak laba.
"Sampai saat ini GoTo masih fokus meningkatkan jumlah pelanggan. Untuk mengembangkan aplikasi agar penggunanya jadi lebih banyak artinya GoTo masih harus bakar duit," ujar Teguh.
Secara umum, Teguh melihat saham-saham teknologi masih memiliki prospek positif. Hal ini seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi untuk mendukung aktivitas masyarakat sehari-hari. Sehingga untuk jangka panjang, Teguh menilai saham-saham teknologi masih menarik untuk dikoleksi.