Permintaan Meningkat, IKM Batik di Kulon Progo Mulai Bangkit
Red: Muhammad Fakhruddin
Permintaan Meningkat, IKM Batik di Kulon Progo Mulai Bangkit (ilustrasi). | Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
REPUBLIKA.CO.ID,KULON PROGO -- Industri Kecil Menengah batik di Sentra Batik Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai bangkit kembali yang ditandai dengan peningkatan permintaan batik setelah terdampak pandemi COVID-19 sejak Maret 2020.
Pemilik Sinar Abdi Batik Agus Faturrohman mengatakan usaha batik yang ia rintis sejak 2008 memilik 20 orang karyawan. Sebelum pandemi COVID-19, dirinya mampu menjual 1.000-1.500 potong batik per bulan, namun saat pandemi turun menjadi 300 an potong saja.
"Saat ini, permintaan batik sudah kembali meningkat di kisaran 600-an potong. Permintaan batik berangsur membaik, seiring mulai melandainya kasus COVID-19," kata Agus, Kamis (27/1/2022.
Harga jual batik per lembar antara Rp100 ribu sampai Rp250 ribu. Saat ini menjadi batik yang paling banyak laku, selain itu juga ada batik kelas premium dengan harga mencapai Rp1 juta.
Menurut Agus, kelemahan pasar batik saat ini adalah masih hanya diminati oleh kaum dewasa dan tua. Sehingga dirinya berupaya menciptakan motif-motif baru yang bisa masuk ke kalangan muda seperti motif kontemporer, melodi, abstrak atau komunitas.
"Selain motif abstrak kontemporer, saat ini kita ciptakan juga batik dengan warna yang dinamis dan motif kekinian untuk menarik kaum muda," tegasnya.
Dengan bangga, Agus menunjukkan motif galaran dan gringsing, yang unik dan menarik. "Motif ini peninggalan leluhur sini, saya ingin melestarikan, ternyata banyak yang minat membeli batik motif ini," tambahnya.
Kreatif dan inovatif, itulah cara Agus berjuang melawan kelesuan pasar di era pandemi. Hal yang sama disampaikan pemilik Batik Banyu Sabrang Hanang Mintarto. Pandemi COVID-19 tidak berdampak banyak pada usahanya, justru di masa pandemi usahanya mengalami peningkatan.
"Waktu COVID-19 meledak, permintaan batik buatannya justru naik, karena desain baru kita yang banyak diminati pasar," kata Hanang.
Hanang mengatakan peningkatan tersebut tak lepas dari karakter motif yang dikerjakannya langsung olehnya, yang menjadi ciri khas sehingga diminati bahkan beberapa waktu lalu sempat mendapat penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja RI.
"Konsep abstrak menjadi produksi utama kami, namun kami juga tetap memproduksi motif pakem tradisional," jelasnya.
Hanang juga berharap Diskominfo, Dinas Koperasi dan UKM, maupun pihak terkait perdagangan untuk dapat membantu pengusaha batik dan UMKM lainnya untuk mengembangkan pasar digital melalui pemanfaatan teknologi informasi.