Wisudawan UMM Dapat Pembekalan Konsep Empat Tahap Kompetensi
Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Rektor Wysze Szkoly Bankowe (WSP) Poznan Polandia, Profesor Ryszard Sowinski memberikan motivasi kepada wisudawan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (27/1). | Foto: dok. Humas UMM
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Konsep empat tahap kompetensi yang ditelurkan oleh Martin Broadwell masih sangat relevan untuk diimplementasikan hingga saat ini. Konsep ini dianggap bisa membantu manusia untuk belajar dan menentukan keputusan belajar yang tepat.
Hal tersebut disampaikan oleh Rektor Wysze Szkoly Bankowe (WSP) Poznan Polandia Prof Ryszard Sowinski yang didapuk memberikan motivasi kepada wisudawan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kegiatan wisuda dilaksanakan pada Kamis (27/1/2022) dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Ryszard mengatakan, wisuda bukanlah sebuah akhir bagi wisudawan. Momen ini justru menjadi langkah awal untuk belajar kemampuan baru di dunia luar. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan karir dan menciptakan kehidupan yang lebih baik.
"Maka dalam kesempatan itu, saya menyampaikan konsep empat tahap mempelajari keterampilan baru dengan lebih cepat," katanya. Menurut dia, konsep yang sudah dikemukakan oleh Martin Broadwell sejak 1969 ini masih digunakan oleh banyak pihak untuk lebih memahami proses dalam mempelajari keterampilan.
Tahap pertama ialah tidak menyadari ketidakmampuan diri (unconscious incompetence). Ryszard menceritakan bagaimana awal ia mencoba mengendarai mobil. Saat itu ia mengira itu mudah, namun nyatanya ia menabrak sebuah tembok dan akhirnya bersembunyi di hutan selama dua sampai tiga jam karena takut dimarahi orang tuanya.
Kejadian itu merupakan contoh tahapan di mana individu tidak mengetahuai ketidakmampuan sendiri. Namun selama ini banyak orang yang harus menabrak tembok dulu, baru ia menyadari hal tersebut. Oleh karena itu, perlu memeriksa secara berkala kemampuan yang dimiliki dengan cara yang sudah teruji.
"Kita bisa menyewa pelatih, mentor, atau penasehat untuk memberikan feedback. Bisa juga dengan menggunakan berbagai aplikasi yang sudah tersedia,” ungkapnya.
Lantas ia bercerita bahwa sampai lulus kuliah ia hanya bisa naik skuter, sepeda, dan kereta. Ia masih belum bisa mengendarai mobil. Di tahap ini, dia menyadari ketidakmampuan (conscious incompetence) dalam menyetir mobil.
Lada tahap ini akan muncul beragam pertanyaan seperti metode apa yang cocok untuk belajar. Dengan kata lain, mulai mencari keterampilan mana yang bagus untuk kehidupan pribadi dan lain sebagainya.
Pada akhirnya Ryszard menyusul istrinya untuk mengikuti kursus mobil. Di situasi itulah ia mengalami ketakutan, ragu-ragu dan perasaan frustasi saat awal-awal belajar mengemudi. Hal ini yang disebut dengan tahap conscious competence yakni menyadari akan kemampuan diri sendiri.
Posisi di mana seseorang akan melakukan hal dengan tidak sempurna serta seringkali konyol. Pada tahap ini, tak masalah jika seseorang melakukan kesalahan. Dari kesalahan itulah, yang bersangkutan akan belajar.
Selain itu daripada membandingkan diri sendiri dengan orang lain, cobalah mengukur kemampuan dan melihat kemajuan yang sudah dilakukan di setiap kesempatan. Terakhir, Ryszard menyebutkan tahap yang keempat yakni kemampuan yang tidak disadari (unconscious competence).
Tahap ini biasanya sudah dimiliki oleh mereka yang sudah mahir dan memiliki banyak pengalaman. Bahkan tanpa sadar mereka sudah melakukan hal-hal yang banyak orang mengira bahwa itu mustahil.
Ryszard ingin agar para wisudawan bisa memahami empat tahap ini nantinya. Dengan demikian, bisa menentukan metode apa yang tepat, keputusan yang baik serta keterampilan apa saja yang harus dipelajari.
Di sisi lain, Rektor UMM Fauzan mengatakan, para wisudawan telah diberi bekal yang strategis. Hal ini dimulai dari wawasan, ilmu, keterampilan, dan juga reputasi yang dimiliki oleh UMM.
Apalagi UMM berhasil menjadi salah satu dari 23 perguruan tinggi negeri dan swasta yang masuk di 200 kampus terbaik se-Asia dari lembaga pemeringkatan perguruan tinggi internasional, UniRank.
Menurut Fauzan, capaian ini menjadi modal yang strategis bagi para wisudawan untuk menjadi pribadi yang percaya diri. Kemudian juga menjadi pribadi pengambil tanggung jawab dan siap menghadapi tantangan zaman. "Menjadi problem solver bagi masalah yang ada di tengah masyarakat,” jelasnya.