Senin 31 Jan 2022 12:00 WIB

Obesitas Kian Dianggap Biasa Selama Pandemi, Padahal 'Akar' dari Penyakit

Mereka yang obesitas disarankan untuk segera sadar dan diet.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Mereka yang obesitas disarankan untuk segera sadar dan diet.
Foto: Pxfuel
Mereka yang obesitas disarankan untuk segera sadar dan diet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Obesitas mungkin sudah dianggap biasa saja di masa sekarang. Padahal, itu adalah akar dari berbagai penyakit berbahaya, sehingga mereka yang obesitas harus segera sadar untuk diet. 

Obesitas adalah penumpukan lemak berlebih akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dari makanan yang dimakan, dengan energi yang dikeluarkan. Penyebab obesitas ada beberapa macam. Pertama, karena genetik. Jika penyebabnya genetik, maka memang agak susah karena itu sudah ada keturunan gemuk dari awalnya.

Baca Juga

“Menurut saya, tidak ada yang tidak mungkin,” ujar Dokter Koordinator PLN Pusat, dr Irdawati Oemar, dalam webinar YBM PLN bertajuk ‘Cerdas Memilih Makanan untuk Mencegah Obesitas’, belum lama ini.

Sekalipun genetik, obesitas tetap bisa diatasi asal ada kemauan. Lalu kedua adalah yang paling banyak jadi penyebab obesitas, yakni pengaruh lingkungan dan perilaku. Salah satunya pola dan kesenangan makan yang berlebihan.

Sebaiknya, makanlah ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang. Lalu ada kadar lemak makanan yang boleh dikonsumsi, ini juga menjadi salah satu yang paling banyak diperhatikan. Banyak sekali orang yang suka makanan berlemak, apalagi semakin banyak restoran cepat saji.

Ketiga, di masa pandemi ini, aktivitas fisik yang berkurang juga menjadi penyebab obesitas. Keempat, pengaruh emosional, misalnya jika sedang stres dan mengalihkannya ke makanan. 

Dan kelima, asupan alkohol itu juga bisa menyebabkan obesitas. Para peminum alkohol sangat berisiko mengalami obesitas. Untuk menjauhkan diri dari obesitas, maka kita harus menjauhkan pula lima penyebab utama itu.

Untuk mencegah obesitas, kita harus bisa menahan diri atau mengendalikan diri terhadap makan makanan yang mendesak. Jadi harus makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang.

Itu sebabnya pula mengapa kita ada waktu makan yakni tiga kali sehari. Di antara jam makan itu, ada waktu ngemil, tapi bukan ngemil makanan berlebihan atau ngemil makanan berkalori rendah.

“Lalu olahraga juga yang terukur dan teratur, kurangi stres dan tidak meminum alkohol. Kemudian yang paling penting, adalah pengaturan pola makan juga,” papar Irdawati.

Asupan kalori harus seimbang dan sesuai kebutuhan. Makanlah makan besar menggunakan piring kecil, makan makanan berserat, dan kunyah makanan sebanyak 32 kali. Mengunyah makanan yang lumat bisa membuat makanan termetabolisme dengan baik.

Minum air putih juga sangat bermanfaat, apalagi air putih hangat yang juga bisa melegakan tenggorokan dan membuat cepat kenyang. Penting juga untuk mengonsumsi makanan rendah lemak, seperti ayam dan ikan, bukan daging merah

“Mengonsumsi jeruk juga sangat baik ya, karena hasil penelitian mengatakan, jeruk bisa mengoksidasi lemak sampai 30 persen,” ucap Irdawati.

Jika sudah terlanjur obesitas, makanan yang baik untuk dikonsumsi adalah tomat ceri, semangka, ketimun, selada, bayam, seledei, volat, daun bawang, stroberi, kembang kol, paprika. 

“Saran saya, masukkanlah makanan-makanan itu dalam menu makanan sehari-hari,” kata dia lagi.

Lalu makanan yang harus dihindari penderita obesitas adalah eskrim, makanan cepat saji, daging olahan, jus kemasan, minuman manis, roti putih, mentega, selai, gorengan, coklat, sereal olahan.

“Ini bukannya saya melarang ya, tapi alangkah baiknya dihindari atau dikurangi. Saran saya, coba konsultasikan dengan dokter gizi, tipe diet apa yang cocok dengan tubuh kita. Biasakan terlebih dahulu membaca keterangan kalori pada makanan dan tetap menjaga pola makan,” jelas Irdawati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement