Dishub DIY akan Lakukan Analisis Bangun Jalur Penyelamatan di Imogiri
Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Muhammad Fakhruddin
Tumpukan ban bekas untuk dinding pengaman di lokasi kecelakaan bus pariwisata, Bukit Bego, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, Selasa (8/2/2022). Komunitas Trail Yogyakarta menggalang pengumpulan ribuan ban bekas secara swadaya untuk dinding pengaman di tanjakan Bukit Bego. Jalan ini memang dikenal rawan kecelakaan. Nantinya ban ini akan diikat dengan sling baja agar kuat. Untuk teknis pemasangan akan berkoordinasi dengan Dishub dan Kepolisian. | Foto: Wihdan Hidayat / Republika
REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Dinas Perhubungan (Dishub) DIY akan melakukan analisis dan survei lebih lanjut terkait dengan pembangunan jalur penyelamatan di sekitar Bukit Bego atau jalur Imogiri, Kabupaten Bantul. Pembangunan jalur penyelamatan ini diusulkan oleh Dishub Kabupaten Bantul menyusul terjadinya kecelakaan bus pariwisata beberapa hari lalu.
"Kita akan analisis kembali, akan mengevaluasi kembali, model jalur penyelamat itu kan tidak bisa semua sama," kata Kepala Dishub DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti kepada Republika, Rabu (9/2).
Made mengatakan, analisis terkait jalur Imogiri yang memang rawan kecelakaan sudah dilakukan sebelumnya. Namun, masih banyaknya bus pariwisata dengan kapasitas besar melewati jalur tersebut dikarenakan merupakan pintu masuk ke destinasi wisata.
"Bukan persoalan baru ada kejadian kita (lakukan analisis), memang sudah ada studi daerah rawan kecelakaan. Kita bicara jalur wisata yang kemudian ekstrem, ini kan sebenarnya bermula dari hulunya," ujar Made.
Terkait dengan usulan desain pembangunan jalur penyelamatan sepanjang 50 meter menggunakan kerikil, Made menyebut, usulan ini dapat menjadi salah satu metode yang dapat digunakan. Meskipun begitu, tetap perlu kajian lebih lanjut mengingat jalur Imogiri dikelilingi dengan tebing dan jurang.
Bahkan, sejumlah relawan pun sudah memasang ribuan ban bekas di tebing sekitar Bukit Bego. Pemasangan ban ini dilakukan untuk meminimalisasi korban jika terjadi kecelakaan.
"Memasang kerikilnya seperti apa kan juga harus kita pikirkan, makanya itu mau kita lihat lokasinya seperti apa, model pemasangannya seperti apa, kan itu juga yang harus kita lihat metode-metodenya. (Metode) Ini bisa menghambat (kendaraan kalau terjadi kecelakaan), iya, tapi seberapa besarnya kita tidak serta merta hanya dipasang ban atau dipasang kerikil saja. Kita lihat dulu, tapi itu masukan yang bagus buat kita," katanya.
Kecelakaan bus pariwisata yang menewaskan 13 orang, Ahad (6/2) lalu, katanya, tidak bisa hanya dilihat kondisi jalan. Namun, terjadinya kecelakaan tersebut juga harus dilihat dari kondisi kendaraan hingga kemampuan pengemudi dalam menguasai medan.
"Jadi tidak hanya (dibangun) jalur penyelamatan (lalu) beres, tidak selalu seperti itu. Karena kemampuan pengemudi juga berbeda-beda. Kemampuan pengemudi dalam menguasai medan itu berbeda-beda, jadi kita bicaranya harus dari hulu sampai ke hilir," jelas Made.
Berdasarkan keterangan dari polisi, kendaraan saat melewati tanjakan sudah tidak kuat membawa penumpang. Saat melewati penurunan, bus menabrak tebing dikarenakan rem yang tidak berfungsi dengan baik.
Bus dengan kapasitas besar juga tidak direkomendasikan untuk melewati jalur yang ekstrem. Pihaknya juga akan memperkuat pemasangan rambu-rambu sebagai peringatan bagi pengendara yang melewati jalur tersebut.
"Berkaitan dengan rambu kita perkuat lagi, kemudian yang kaitannya kita harus benar-benar tahu jalur mana saja yang memang mungkin perlu ada penanda atau peringatan terkait dengan hal ini (dipasang peringatan)," tambah Made.