Jumat 18 Feb 2022 22:28 WIB

Kelangkaan Chip Masih Pengaruhi Stok Honda

Dampak dari kelangkaan chip mulai dialami Honda pada Agustus 2021.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang pekerja sedang melakukan pemeriksaan di pabrik Honda. ilustrasi
Foto: AP
Seorang pekerja sedang melakukan pemeriksaan di pabrik Honda. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerapan sistem elektronik dalam sejumlah aspek kendaraan membuat industri mobil bergantung pada komponen chip atau semikonduktor. Ketergantungan itu rupanya jadi bumerang bagi sejumlah pabrikan karena pandemi membuat pasokan chip untuk mobil harus berebut dengan kebutuhan chip untuk perangkat elektronik seperti smartphone, komputer dan lain-lain.

Persoalan ini terjadi secara global.Indonesia juga telah merasakan dampaknya sejak tahun lalu. Sampai saat ini, kelangkaan chip yang menimbulkan persoalan global supply chain ini pun masih terjadi. Public Relations & Digital Manager PT Honda Prospect Motor (HPM), Yulian Karfili mengatakan, dampak dari kelangkaan chip mulai dialami Honda pada Agustus 2021.

Baca Juga

"Saat ini dampaknya masih terasa tapi kondisinya terus membaik. Meski jumlah ketersediaan pasokan chip belum full recovery, tapi kami mencoba menekan dampaknya bagi pasokan mobil dengan memberikan prioritas produksi bagi model yang jumlah permintaanya paling tinggi," kata Yulian Karfili dalam diskusi virtual yang digelar oleh Forum Wartawan Otomotif (Forwot) dan HPM beberapa waktu lalu.

Strategi ini pun terbukti mampu memangkas durasi inden untuk Honda Brio. Sebelumnya, kelangkaan chip membuat konsumen Brio harus inden hingga dua bulan. Tapi, karena kini Brio mendapat prioritas produksi, maka durasi inden bisa dipangkas jadi satu bulan saja.

Menurutnya, prioritas produksi itu dilakukan dengan menambah jalur produksi untuk Brio. Jika biasanya HPM merakit Brio dengan satu production line, kini perakitan didongkrak dengan penggunana dua jalur produksi sekaligus.

Selain Brio, produk lain yang juga terdampak kelangkaan chip adalah HR-V dan BR-V. Bahkan, Honda BR-V varian tertinggi yang menerapkan fitur Honda Sensing harus inden hingga tiga bulan. Mengingat, varian tercanggih yang membutuhkan lebih banyak chip ini juga mengantongi jumlah peminat yang tinggi.

Oleh karena itu, Honda pun melakukan sejumlah strategi lain agar konsumen tak perlu menunggu produk impian terlalu lama. "Kami melakukan penambahan pasokan chip dari perusahaan lain. Bahkan,  kami juga mempelajari kemungkinan untuk bisa memproduksi chip di dalam negeri sehingga tak terlalu bergantung pada impor. Tapi tentu hal ini perlu kerja sama lintas industri," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga memaparkan bahwa chip jadi komponen yang cukup vital karena jadi penunjang kinerja dalam berbagai fitur mendasar mulai dari parking assistance, airbag, infotainment, power steering, sistem pengereman, central lock dan power window. Tak hanya itu, engine dan sistem transmisi yang kini ditunjang oleh perangkat elektronik dan sensor pun membuat chip jadi bagian penting dalam powertrain.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement