Pakar Soroti Bahaya Hujan Es bagi Lingkungan

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Fakhruddin

Pakar Soroti Bahaya Hujan Es bagi Lingkungan (ilustrasi).
Pakar Soroti Bahaya Hujan Es bagi Lingkungan (ilustrasi). | Foto: Istimewa/Tangkapan Layar

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Hujan es melanda Surabaya pada Senin (21/2). Selain menyebabkan kerusakan fisik di sejumlah fasilitas umum dan pribadi, hujan es disertai angin kencang tersebut nyatanya juga memberi dampak bagi tercemarnya kualitas udara ambien.  

Kepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Arie Dipareza Syafei mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi fenomena hujan es. Ia menegaskan, hujan es sebenarnya memiliki kandungan yang tidak jauh berbeda dengan hujan biasa.

“Hanya berbeda bentuk, yang satu air, yang satu padat,” ujarnya, Rabu (23/2).

Meski demikian, Arie membenarkan bahwa hujan es membawa polutan dari atmosfer. Bukan sekadar membawa partikel debu yang berukuran kecil. Ia mengungkapkan hujan es juga mengandung gas-gas emisi seperti nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida.

Baca Juga

Arie menuturkan, hujan memang membawa polutan karena zat-zat emisi dari bumi akan bertumbukan dan menempel dengan droplet air yang ada di atmosfer. “Dalam kasus hujan es, campuran air tersebut mengalami kristalisasi akibat pergerakan udara yang mempengaruhi suhu,” kata dia. 

Mengingat hujan es biasanya disertai angin kencang, Arie mengingatkan hal yang harus diwaspadai adalah sebaran polutan yang meluas. Ia mengungkap, turbulensi angin akan mempercepat proses pengenceran polutan. Maksudnya, gugus-gugus emisi yang ada dalam hujan es akan terdispersi secara lebih cepat dan luas.

Arie menambahkan, ketika angin bergerak lurus secara horizontal, polutan yang ada di dalam hujan es berpotensi terbawa ke wilayah lain yang ada di dekatnya. “Seperti kemarin, fenomena hujan es tidak hanya terjadi di Surabaya, tapi dikabarkan juga terjadi di Madiun, Nganjuk, hingga Kediri,” ujarnya.

Arie berharap, pengalaman menyaksikan hujan es membuat masyarakat lebih berhati-hati dan teredukasi. Masyarakat harus sadar bahwa dalam bongkahan-bongkahan es tersebut terkandung senyawa polutan yang tidak ramah bagi lingkungan dan kesehatan.

“Jangan mentang-mentang hujan es, dipakai untuk minum es teh,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


BMKG: Hujan Es Berpotensi Terjadi Hingga April

BMKG: Sel-Sel Awan Cumulonimbus Terdeteksi di Jawa Saat Hujan Es

Hujan Es Landa Dua Kecamatan di Cianjur Jabar

Fenomena Hujan Es Landa Wilayah Semarang

Fenomena Hujan Es Surabaya, Batu Es Berserakan di Depan Rumah Warga

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark