Terus Tembus 1.000, Positif Covid Harian Sleman Turun
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Covid-19 (ilustrasi) | Foto: Pixabay
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 harian di Kabupaten Sleman, DIY, masih sangat tinggi. Bahkan, selama beberapa hari terakhir, angkanya terus melebihi 1.000 kasus, terus menjadi yang tertinggi dari kabupaten/kota yang ada di DIY.
Dimulai dari 24 Februari 2022, dari 2.866 penambahan kasus di DIY, terdapat 1.111 kasus yang dicatatkan Sleman. Disusul Kabupaten Bantul 844 kasus, Kota Yogyakarta 508 kasus, Kabupaten Kulonprogo 254 kasus, dan Kabupaten Gunungkidul 149 kasus.
Pada 25 Februari 2022, dari 2.778 penambahan kasus di DIY, terdapat 1.011 kasus yang dicatatkan Sleman. Disusul Kabupaten Bantul 759 kasus, Kota Yogyakarta 627 kasus, Kabupaten Kulonprogo 277 kasus, dan Kabupaten Gunungkidul 104 kasus.
Kemudian, pada 26 Februari 2022, dari 2.750 penambahan kasus di DIY, terdapat 1.001 kasus yang dicatatkan Sleman. Kabupaten Bantul 759 kasus, Kota Yogyakarta 435 kasus, Kabupaten Kulonprogo 335 kasus, dan Kabupaten Gunungkidul 220 kasus.
Kasus harian Sleman turun pada 27 Februari 2022, dari 2.050 penambahan kasus DIY ada 769 kasus di Sleman. Namun, tetap tertinggi di DIY disusul 628 kasus Bantul, 358 kasus di Yogyakarta, 205 kasus di Kulonprogo dan 90 kasus di Gunungkidul.
Kenaikan kasus yang terjadi tentu berpengaruh terhadap keterisian dari fasilitas-fasilitas isoter yang ada di Kabupaten Sleman. Mulai dari Asrama Haji Yogyakarta yang pada 25 Februari 2022 telah terisi 130 pasien atau tersisa 30 tempat tidur.
"Rusunawa Gemawang terisi 94 pasien dan sisa tujuh bed. Unisa terisi 44 pasien dan sisa 34 bed. UII terisi dua pasien atau sisa 67 bed," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman, Makwan.
Terpisah, Bupati Sleman, Kustini Purnomo turut mengingatkan, olahraga seperti senam jantung sehat bisa jadi salah satu wahana edukasi masyarakat pentingnya menjaga kesehatan. Termasuk, saat pandemi Covid-19 di Sleman mengalami kenaikan.
Ia menekankan, orang-orang yang memiliki penyakit penyerta (komorbid), terutama penyakit kardiovaskuler memiliki risiko yang sangat tinggi. Khususnya, bila sudah terpapar karena dikhawatirkan dapat menyebabkan perburukan, bahkan bisa kematian.
"Untuk itu, kami mendorong agar upaya-upaya promotif dan preventif terus dilakukan masyarakat demi menghindari timbulnya masalah kesehatan penyakit kardiovaskular," ujar Kustini.