REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak ada yang tahu mengenai apa yang terlintas di benak seseorang ketika sedang berada di ambang kematian. Sebagian orang berpikir bahwa di saat-saat terakhir, perjalanan hidup mereka akan bermunculan layaknya sebuah kilas balik. Bagaimana menurut sains?
Sebuah kejadian medis yang terjadi secara kebetulan berhasil memberikan gambaran mengenai hal ini. Pada kejadian medis yang tak disengaja ini, dokter berhasil merekam apa yang terjadi di dalam otak manusia pada momen kematiannya.
Kejadian ini bermula ketika tim dokter sedang menangani pasien berusia 87 tahun yang menderita epilepsi. Dalam upaya penanganan ini, para dokter menggunakan elektroensefalografi (EEG) untuk mendeteksi kejang.
Sang pasien tak bisa diselamatkan dan meninggal dunia akibat serangan jantung. Namun, alat EEG masih bekerja selama sang pasien berada di ambang kematian. Alat tersebut merekam aktivitas otak pasien di 15 menit terakhir hidupnya.
Rekaman tersebut menjadi rekaman pertama yang merekam aktivitas otak manusia saat mengalami kematian. Rekaman ini memberikan kesempatan unik bagi para ilmuwan untuk mempelajari apa yang sebenarnya terjadi di saat manusia sedang mengalami kematian.
Berdasarkan data yang mereka dapatkan, tim peneliti menemukan bahwa adanya peningkatan gelombang otak yang dikenal sebagai gelombang gamma. Peningkatan ini terjadi pada momen 30 detik sebelum dan setelah jantung pasien berhenti berdetak.
Gelombang gamma diketahui berkaitan dengan fungsi-fungsi kognitif yang lebih canggih. Gelombang gamma biasanya sangat aktif ketika pada beberapa kondisi, misalnya ketika seseorang sedang berkonsentrasi, bermimpi, bermeditasi, serta menghidupkan ingatan dan memproses informasi.
Tim peneliti juga mendapatkan gambaran menarik dari pola aktivitas otak pasien, termasuk gelombang gammanya. Pola yang dihasilkan tampak menyerupai pola ketika seseorang sedang bermimpi atau menghidupkan ingatan.