Saat Seniman Bersuara Melalui Sketsa
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha (tengah) bersama para perupa dan karya mereka pada kegiatan Painting On The Spot, yang di laksanakan di depan pasar Projo Ambarawa, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Ahad (13/3). | Foto: Bowo Pribadi
REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Para perupa dari Ambarawa dan berbagai daerah di Jawa Tengah berkolaborasi untuk menyuarakan kegelisahan warga atas kondisi Pasar Projo Ambarawa, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.
Dari kacamata mereka, salah satu pasar tradisional tipe A di Kabupaten Semarang ini yang telah direvitalisasi dan ditata kembali, ternyata masih saja menyisakan sengkarut oleh aktivitas di sekitar lingkungan pasar.
Ironisnya, kondisi itu berlanjut di tengah pelaksanaan Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) Ambarawa, sebagai salah satu kota dengan potensi heritage yang luar biasa di Kabupaten Semarang.
"Kalau kondisinya masih seperti sekarang ini, bagaimana dapat bersaing dengan pasar modern," ungkap Ireng Wawan, salah satu seniman di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Ahad (13/3/2022).
Karena itu, ia menginisiasi kegiatan Painting On The Spot, di tengah hiruk pikuk, kemacetan serta lalu lalang warga yang tengah beraktivitas di depan Pasar Projo Ambarawa, sejak Ahad pagi.
Sejumlah perupa seperti S Darto (Boyolali), Titok Koi (Salatiga), Solekan (Ungaran), dan S Hartono (Semarang) berpartisipasi dalam kegiatan kali ini. Termasuk sejumlah seniman asal Ambarawa sendiri.
"Namun karena situasi pandemi, keterlibatan seniman lokal tersebut terpaksa kami batasi jumlahnya," lanjut Ireng yang dikonfirmasi di sela kegiatan ini.
Menurutnya, di beberapa bagian Pasar Projo masih menampakkan sisi wajah kumuhnya, kemacetan, dan kesemrawutan lalu lintas masih menjadi problem yang belum kunjung terurai.
Belum lagi papan-papan reklame yang jauh dari adab estetika, kabel-kabel telepon yang semrawut tak karuan, hingga hingga tumpukan apak di sana-sini yang mengganggu pemandangan.
Bahkan jauh dari keselarasan penataan Kota Ambarawa melalui program KOTAKU Ambarawa. Semuanya diterjemahkan dalam goresan karya sketsa di atas kanvas maupun kertas gambar oleh para perupa.
Mereka menyampaikan kegelisahan-kegelisahan ini mumpung momentumnya juga bertepatan dengan HUT Kebupaten Semarang ke-501. "Masa sih setengah abad lebih Pasar Projo masih seperti ini," tegasnya.
Satu pesan lagi yang ingin disampaikan para perupa dalam kegiatan itu, masih lanjut Ireng, adalah situasi pandemi Covid-19 yang membuat para perupa nyaris berhenti berkarya dan seni lukis di Kabupaten Semarang mati suri.
Demi asap dapur tetap mengepul, mereka terpaksa mencari penghidupan seadanya, ada yang terpaksa harus ngojek, berjualan lotek, maupun kerja serabutan lainnya guna memenuhi kebutuhan hidup.
"Maka kegiatan ini menjadi salah satu cara kami untuk memotivasi para seniman (perupa) untuk tetap berkarya, dan berhenti karena kondisi yang berat akibat pandemi ini," tegasnya.
Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha yang hadir di tengah-tengah perupa, mengapresiasi perhatian serta kritikan para perupa atas kondisi Pasar Projo Ambarawa.
"Tentunya ini menjadi masukan yang berharga bagi upaya-upaya mengoptimlkan program Kotaku Ambarawa yang saat ini masih berjalan," katanya.
Bupati juga mengamini situasi serba sulit yang dihadapi para pelukis dan seniman Kabupaten Semarang di masa pandemi Covid-19 yang berlangsung dalam dua tahun terakhir.
Guna membantu mereka, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang juga mengucurkan anggaran dari APBD dalam bentuk bantuan bagi para pelaku seni, termasuk para perupa.
Bupati mengaku sempat berdiskusi dan menawarkan agar para seniman dapat terus berkarya dan mengajak para pengelola destinasi wisata di Kabupaten Semarang untuk ikut memfasilitasi. "Yang penting tetap semangat dan terus berkarya," ujar Ngesti.