Kamis 17 Mar 2022 06:54 WIB

Naskah Khutbah Jumat: Barometer Terbalik

Naskah khutbah jumat oleh Ustadz Abdullah Zaen Lc.,MA.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Naskah Khutbah Jumat: Barometer Terbalik. Foto ilustrasi:   Jamaah mendengarkan khutbah khotib saat melaksanakan ibadah shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (11/3/2022).  Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat muslim untuk kembali merapatkan shaf saat shalat berjamaah seiring dengan kebijakan pemerintah terkait pelonggaran aturan jaga jarak saat aktivitas sosial serta menurunnya kasus positif Covid-19. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Naskah Khutbah Jumat: Barometer Terbalik. Foto ilustrasi: Jamaah mendengarkan khutbah khotib saat melaksanakan ibadah shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (11/3/2022). Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat muslim untuk kembali merapatkan shaf saat shalat berjamaah seiring dengan kebijakan pemerintah terkait pelonggaran aturan jaga jarak saat aktivitas sosial serta menurunnya kasus positif Covid-19. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ustadz Abdullah Zaen Lc.,MA*

 

Baca Juga

 

KHUTBAH PERTAMA:

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

Jama’ah Jum’at rahimakumullah…

Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam.

Jama'ah Jum'at yang semoga dimuliakan Allah...

Akhir zaman...

Ya, kita hidup di akhir zaman. Sebuah masa yang memiliki ciri khas yang tidak dimiliki zaman-zaman sebelumnya. Di antara cirinya yang paling menonjol adalah munculnya fenomena barometer yang terbalik-balik.

Mari kita menyimak hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menerangkan hal tersebut,

"سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ، يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ، وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ، وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ. قِيلَ: وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: "الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ"

“Akan datang kepada umat manusia tahun-tahun penuh penipuan. Pendusta dianggap jujur, sementara orang yang jujur dianggap pendusta. Pengkhianat diberi amanat, sedangkan orang amanah dianggap pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah angkat bicara.” 

Ada yang bertanya, “Apa itu Ruwaibidhah?”. 

Beliau menjawab, “Orang jahil /minim ilmu (agama) yang turut campur dalam urusan orang banyak.”. HR. Ibn Majah dan dinilai sahih oleh adz-Dzahabiy serta al-Albaniy.

Barometer terbalik itu terpapar dalam kondisi di mana para pendusta malah dianggap orang yang jujur. Kebalikannya orang yang jujur, justru dinilai sebagai pendusta. Para pengkhianat dipuja-puja sebagai orang yang amanah. Sebaliknya orang yang amanah malah dicap sebagai pengkhianat.

Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati…

Itulah akhir zaman...

Masa di mana ukuran penilaian berjungkir balik. Kepala dianggap kaki. Sedangkan kaki dianggap kepala.

Mengapa itu semua bisa terjadi?

Akhir hadits tersebut di awal khutbah mengisyaratkan jawabannya. 

Yakni karena tersebarnya kejahilan atau kebodohan di masyarakat. Sehingga banyak di antara mereka tidak memiliki alat untuk menilai apakah sesuatu itu benar atau salah, baik atau buruk.

Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam mengingatkan,

 

"إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَكْثُرَ الْجَهْلُ"

“Sungguh di antara tanda-tanda kiamat adalah dicabutnya ilmu (agama) dan tersebarnya kebodohan”. HR. Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. 

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah...

Kondisi mengenaskan di atas semakin diperparah dengan menjamurnya pihak-pihak yang sangat getol dalam mensukseskan proyek pembodohan masyarakat.

Dengan digelontorkannya dana besar-besaran, banyak media tidak tahan untuk tidak menuruti keinginan para investor raksasa. Sehingga yang terjadi adalah: berita tergantung siapa yang memesannya. Tidak lagi peduli dengan kode etik pers atau siaran, apalagi berbagai peringatan Allah di dalam al-Qur’an yang suci dan nasehat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang mulia.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…

Apabila fenomena barometer terbalik yang semakin parah di akhir zaman ini berawal dari minimnya ilmu agama dan tipu daya banyak media massa, maka langkah yang seharusnya ditempuh adalah:

Pertama: Terus pantang menyerah dalam mendalami ilmu agama

Jika kita tidak memiliki media, TV, koran, majalah atau situs berita online, untuk melawan gelombang kekejian ahlul fitnah, maka jangan sampai kita tidak memiliki benteng ilmu agama dan senjata keimanan. Supaya kita bisa membedakan mana kebohongan dan mana kejujuran, mana kebenaran dan mana kebatilan. Saat itulah propaganda mereka akan mandul, tidak mempan dan tidak ada gunanya.

Allah ta’ala berfirman,

 

"تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا"

Artinya: “Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. QS. Al-Furqan (25): 1.

Al-Qur’an dinamakan Furqan atau Pembeda, sebab dengannya seorang insan bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Mana petunjuk dan mana kesesatan. Siapa orang yang bahagia dan siapa orang yang celaka.

أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

KHUTBAH KEDUA:

الْحَمْدُ للهِ "غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِلَيْهِ الْمَصِيرُ"، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ لاَ نِدَّ لَهُ سُبْحَانَهُ وَلاَ شَبِيْهَ وَلاَ مَثِيْلَ وَلاَ نَظِيْرَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ وَالسِّرَاجُ الْمُنِيْرُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَكُلِّ تَابِعٍ مُسْتَنِيْرٍ.

Sidang Jum’at yang kami hormati…

Langkah kedua: Bersikap cerdas menghadapi media massa

Dalam arti berusaha untuk memilah dan memilih, mana yang bermanfaat dan mana yang  berbahaya. Lalu mengambil yang bermanfaat, serta meninggalkan yang berbahaya. Bukan malah justru menelan mentah-mentah segala apa yang disajikan oleh media tanpa memfilternya.

Namun bila pengalaman membuktikan kebobrokan trackrecord suatu media, cetak atau elektronik, maka yang layak bagi seorang muslim adalah menghapus chanel tersebut dari daftar stasiun yang tercantum di televisinya. Atau memutus langganan media cetak yang menjadi corong pihak-pihak anti Islam dan para penjual bumi pertiwi.

هذا؛ وصلوا وسلموا –رحكم الله– على الصادق الأمين؛ كما أمركم بذلك مولاكم رب العالمين، فقال سبحانه: "إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً". 

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد, اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.

ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين

ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم

ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب

اللهم ارفع عنا الوباء والبلاء عاجلاً غير آجل، اللهم ارفع عنا الوباء والبلاء عاجلاً غير آجل، اللهم ارفع عنا الوباء والبلاء عاجلاً غير آجل

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين. أقيموا الصلاة...

*Pendakwah lulusan S2 jurusan Aqidah, Universitas Islam Madinah, dan Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement